TEMPO.CO, Jakarta - Langkah legenda bulu tangkis meminang Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjadi Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mendapat apresiasi sejumlah pengurus di daerah. Sejumlah Pengurus Provinsi PBSI menilai Moeldoko merupakan figur terbaik untuk memimpin cabang olahraga ini dan diyakini mampu mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.
Sebelumnya, 18 legenda bulu tangkis, termasuk Liem Swie King dan Eddy Hartono melakukan pertemuan dengan Moeldoko. PB Djarum diwakili oleh Lius Pongoh, Ivanna Lie, Tontowi Ahmad, Lilyana Natsir, Christian Hadinata, serta Yuni Kartika. Sedangkan Jaya Raya mengirimkan Imelda Wiguna, Rudy Hartono, dan Markis Kido.
Suasana pertemuan antara Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko dengan legenda bulutangkis yang memintanya jadi Ketua Umum PP PBSI Periode 2020-2024, Jakarta, Kamis, 10 September 2020. Dok. Tim Media KSP
Saat ini, kepengurusan PP PBSI periode 2016-2020 berada di bawah kepemimpinan Wiranto. Namun kepengurusannya akan berakhir pada Oktober ini.
Baca juga: Pertemuan Legenda Bulu Tangkis dengan Moeldoko, Ini Kata Rudy Hartono
Oei Wijanarko Adi Mulya, Ketua Pengprov Jawa Timur mengatakan Moeldoko sangat mumpuni untuk menjadi penghubung kepengurusan pusat dengan daerah.
"Beliau juga sangat dekat pemerintah, hal itu pasti membantu gerbong PBSI ke depannya. Bulu tangkis olahraga tidak ada nomor dua, bulu tangkis harus nomor satu. Jadi sangat perlu dikomandoi sosok yang mengayomi Pengprov, juga dekat dengan atlet serta punya akses ke pemerintah," kata Oei melalui sambungan telepon, Jumat, 11 September 2020, seperti rilis yang diterima Tempo.
Ia menilai, saat ini pengembangan atlet bulu tangkis di Indonesia sudah baik. Hanya saja, perlu adanya penambahan-penambahan agar semakin berjaya, seperti ilmu pengetahuan yang ternyata harus menjadi program di Pelatnas Cipayung. Karena itu, dia melanjutkan, dibutuhkan pemimpin yang memiliki visi kuat untuk menjawab berbagai tantangan dalam mengembangkan bulu tangkis Indonesia.
Oey yakin mantan Panglima TNI itu mampu mengemban tugas tersebut. "Bagi saya tugas ketum berat, karena nggak ada kata juara dua di bulu tangkis. Ya harus kerja sama dengan 34 provinsi. Terus juga, faktor mencari aliran dana yang bisa oriented untuk dijalankan. Pak Moeldoko ada akses ke sana, ya tetap menggandeng perusahaan yang nyata-nyata sudah mempunyai hati di bulu tangkis," kata Oei.
Sementara itu, Ketua Pengprov PBSI Jawa Tengah Basri Yusuf, menilai Moeldoko merupakan pemimpin tegas, memiliki kemampuan manajemen yang baik dan mau langsung turun ke bawah. "Saya sih membayangkan, jika Pak Moeldoko mau menerima pinangan itu. Seribu persen kami mendukung Pak Moeldoko," ujarnya.
Basri mengingatkan mengenai konsolidasi. Menurut dia, sangat penting untuk menerapkan sistem yang tidak tumpang tinding dari pusat dan daerah.
"Menurut saya konsolidasi kepada semua pengurus. Kemudian sebagai ketum itu sangat bijaksana, tugas-tugas sesuai dengan job masing-masing. Sehingga intinya tidak ada tumpang tindih. Selanjutnya ada sport manajemen penting banget," kata Basri.
Para legenda bulu tangkis Indonesia melakukan pertemuan dengan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, di Jakarata Kamis (10/9). Para legenda bulu tangkis meminang Moeldoko untuk menjadi Ketua Umum PP PBSI. (ANTARA/HO/KSP)
Ketua Pengprov PBSI Yogya, Suhartono menegaskan, pilihan kepada mantan Panglima TNI itu sangat rasional. Menurut dia, kedisiplinan dan manajamen birokrasi di PBSI akan semakin berkembang di bawah komando Moeldoko.
"Saya mendukung penuh usulan para legenda untuk meminang Pak Moeldoko sebagai ketum PBSI. Pengalaman organisasi Moeldoko sangat baik. Kemudian beliau kan dari TNI tentu disiplinnya lebih mengemuka. Pengalaman pemerintah mendukung beliau," ujar Suhartono.
Suhartono melanjutkan, perbaikan yang perlu dilakukan PB PBSI untuk periode mendatang adalah memberikan kepercayaan kepada atlet untuk lebih bersemangat. Ia mencontohkan, program latih tanding berskala internasional harus terus dilakukan pengurus.
"Saya pikir kalau dari tahun ke tahun, bibit kita ini tidak pernah kendur. Karena contoh, klub di Yogyakarta selalu ada atlet masuk pelatnas. Tinggal kita memerlukan menajemen khusus, adanya latih tanding yang sekaliber internasional, dari dalam sendiri modalnya sudah ada," tutur Suhartono.
Mempertimbangkan beban seperti itu, Suhartono menilai tidak berlebihan jika legenda bulu tangkis Tanah Air melirik Moeldoko. Ia hanya berpesan, jika posisi itu harus bisa menjadi penghubung antara kepengurusan serta kunci aliran dana.