TEMPO Interaktif, Jakarta: Liga Primer sudah masuk tujuh pertandingan. Kejutan terbesar dibuat oleh Hull City, tim yang sejak berdiri 104 tahun silam baru kali ini bisa bertanding di Liga Primer (atau Divisi Satu lama), karena tim itu menduduki peringkat ketiga.
Tim raksasa Arsenal sudah ia taklukkan di Stadion Emirate yang angker. Tottenham Hotspurs dijungkalkan pada Minggu (5/10) juga di London. Padahal di musim 2003/2004, tim ini masih bertandingan di liga kelas empat yaitu Divisi Tiga:
Ini kunci keberhasilan Hull:
1. Belajar dari pelatih bagus.
Phil Brown, pelatih Hull City, pernah bertahun-tahun menjadi asisten Sam Allardyce saat "Big Sam" itu sukses menangani Bolton Wanderers. Brown mungkin tidak banyak meniru Big Sam dalam gaya permainan Bolton yang cenderung bertahan, tapi ia mengikuti jejak dalam urusan merekrut pemain.
Seperti Allardyce, Brown suka mencari pemain bagus tapi tiba-tiba saja meredup permainannya yang harganya relatif lebih murah. Allardyce pernah membawa Youri Djorkaeff, Jay-Jay Okocha, Ivan Campo, dan El Hadji Diouf ke Bolton.
Brwon belajar dari Allardyce untuk mengkilapkan kembali pemain yang memudar permainannya dengan merekrut Giovanni. Pemain Brasil yang pernah menjadi salah satu bintang di Barcelona ini pernah sempat bermain bagus di Manchester United pada awal musim lalu tapi kemudian padam penampilannya. Sejauh ini Giovanni tampil bagus bagi Hull, termasuk membuat gol saat menaklukkan Arsenal.
2. Membeli Pemain Secepat dan Sebanyak Mungkin
Klub yang masuk promosi lewat play off, seperti Hull, biasanya terpaksa mendapat pemain sisa. Tapi tidak demikian dengan Hull. Brown sudah mendapat enam pemain baru pada pertengahan Juli dan di akhir bulan itu ia mendapat tambahan tiga pemain lagi.
Jadi, saat tim lain masih bersusah payah menyatukan pemain di awal kompetisi, Brown sudah memiliki tim yang utuh. Saat kompetisi dimulai, Brown sudah membeli 13 pemain baru dengan belanja hanya 7,9 juta poundsterling (Rp 132 miliar).
3. Bersikap Tegas
Dean Windass adalah pemain kesayangan di Hull. Begitu pula Nicky Barmby. Windass, yang mencetak gol saat play off yang membuat Hull masuk Liga Primer, saat ini baru diturunkan 34 menit di enam pertandingan Liga Primer. Barmby sempat masuk pemain utama di beberapa pertandingan awal tapi kemudian tidak diturunkan.
Dua pemain itu mungkin favorit penggemar Hull tapi Windas sudah 39 tahun dan Barmby sudah 34 tahun. Brown jelas menyeleksi pemain berdasarkan kemampuan, bukan reputasi.
4. Pintar Memilih Taktik
Brown tidak hanya pintar merotasi pemain tapi juga cerdas menerapkan taktik. Saat menaklukkan Arsenal sepekan lalu misalnya. Biasanya tim lawan Arsenal akan menurunkan satu penyerang saja dan cenderung bertahan. Tapi tidak dengan Brown, Ia menurunkan dua penyerang dan meletakkan Giovanni di belakang dua penyerang itu sebagai motor. Akibatnya, saat mereka kemasukan gol terlebih dahulu, masih ada kesempatan membalas. Ini yang terjadi.
Brown juga meminta para pemainnya tidak memainkan sepakbola kick and rush murni, yang begitu memegang bola langsung diumpan ke depan, seperti musim lalu. Pemain seperti Giovanni dan Peter Halmosi bertugas memainkan bola dan menyalurkan ke depan jika benar-benar matang.
Prestasi Hull City:
2003/2004
Peringkat dua Divisi 3 dan promosi ke Liga Satu
2004/2005
Peringkat dua Liga Satu dan promosi ke Championship
2005/2006 dan 2006/2007
Nyaris terdegradasi dari Championship
2007/2008
Peringkat ketiga Championship, lolos ke Liga Primer lewat play off.
2008/2009
Masuk tujuh pertandingan, Hull City berada di posisi ketiga. Tim besar seperti Arsenal dan Tottenham Hotspurs sudah mereka jungkirkan.
Nurkhoiri/Independent