TEMPO.CO, Jakarta - Iga Swiatek awalnya memiliki rencana cukup jelas dalam hidupnya. Ia akan mencoba peruntungan di dunia tenis profesional dan untuk itu memilih menunda kuliahnya selama dua tahun.
Kini, petenis Polandia berusia 19 tahun itu menghadapi kenyataan berbeda. Ia membuat sensasi dengan menjuarai turnamen grand slam French Open 2020 di Paris, Prancis, Sabtu malam, 10 Oktober. Ia meraih gelar pro pertamanya dengan mengalahkan Sofia Kenin 6-4 6-1.
Kini, ia tak begitu yakin apakah setelah masa dua tahun berlalu ia akan bisa kembali ke bangku kuliah.
"Ya, saat ini akan sulit untuk membuat putusan soal kembali belajar, karena saya merasa bisa meraih sesuatu yang besar. Saya hanya ingin fokus ke arah itu," kata dia sebelum laga final.
Petenis Polandia, Iga Swiatek berselebrasi di akhir pertandingan setelah mengalahkan petenis Amerika, Sofia Kenin dalam final turnamen Prancis Terbuka di Paris, Sabtu malam, 10 Oktober 2020. REUTERS
Ia menyadari, dengan kondisi saat ini, tak mungkin untuk kembali ke bangku kuliah lalu membagi diri antara tenis dan pelajaran. Tapi, ia tak tahu soal kemungkinan di masa depan.
"Tapi saya baru 19 tahun, akan banyak perubahan di tahun-tahun mendatang. Kita akan lihat. Mungkin saja saya menjadi haus akan pengetahuan atau sejenisnya. Saya tak akan membuat putusan saat ini."
Dengan keberhasilan menjadi juara French Open, Swiatek menorehkan sejumlah catatan bersejarah. Ia menjadi petenis Polandia pertama yang berhasil menjuarai turnamen grand slam. Ia juga menjadi juara termuda di French Open sejak Monica Seles pada 1992.
Pelatihnya, Piotr Sierzputowski, melukiskan Iga Swiatek sebagai sosok yang unik. Anak asuhnya ini malas berlatih lama-lama dan menyebut kegiatan itu membosankan.
"Ia mendengarkan Guns N' Roses dan kami bahkan pergi menonton konser Florence and the Machine selama Australian Open," kata Sierzputowski.
Iga Swiatek. REUTERS/Charles Platiau
Swiatek tak seperti remaja kebanyakan. Dalam profilanya, ia mencantumkan Pink Floyd, AC / DC dan Santana sebagai band favoritnya. Dia juga menikmati novel sejarah dan bermeditasi sebelum tidur. Reuters menulis, gaya dia yang berbeda menjadi angin segar untuk dunia tenis yang umumnya terkesan sudah sangat terprogram.
Meski cenderung memiliki jiwa bebas, Sierzputowski menegaskan, Swiatek sampai ke posisinya saat ini dengan kerja keras. "Itu bukan karena kebetulan. Ia mungkin masih 19 tahun, tapi ia sudah bekerja keras untuk waktu yang lama dan mengalami kemajuan yang stabil," kata dia.
Kini, dengan keberhasilan menjuarai French Open, Iga Swiatek akan memetik banyak berkah. Rankingnya mungkin akan segera melesat dari posisi 54.
Tracey Austin, petenis yang menjuara US Open1979 pada usia 16, memprediksi masa depan cerah untuk Iga Swiateh. "Senang untuk ditonton. Membuatnya terlihat sangat mudah. Lebih banyak gelar akan diriahnya!" kata dia dalam cuitan twitternya.
Selanjutnya: Profil dan Data Diri Iga Swiatek