TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah tim Formula 1 telah menyetujui batasan gaji pembalap yang akan berlaku untuk musim 2023. Meskipun angkanya belum diselesaikan, rencana sementara adalah membatasi gaji pembalap menjadi US$ 30 juta atau sekitar Rp 439,6 miliar untuk gabungan dua pembalap. Tim bisa membagi gaji tersebut kepada dua pembalap, misalnya, menjadi US$ 20 juta dan US$ 10 juta.
Selain itu, ada juga rencana untuk membatasi gaji gabungan dari tiga karyawan teratas, yang mencakup kepala tim dan direktur teknis. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menutup pengeluaran seusai olahraga otomotif mengalami krisis keuangan selama pandemi Covid-19. Sejumlah tim memprediksi dampak krisis akan berlanjut pada musim-musim mendatang.
Batas anggaran US$ 145 juta akan diumumkan pada 2021, tetapi gaji pengemudi dan tiga karyawan teratas masuk pengecualian. Namun, sejumlah tim bersepakat bahwa harus ada beberapa batasan. Rencana itu dibahas pada pertemuan Komisi F1 hari Senin, yang didukung oleh semua ketua tim. Rincian harus disetujui sebelum diratifikasi oleh Dewan Olahraga Motor Dunia.
Baca juga : Arab Saudi Masuk Kalender Jadwal Formula 1 Tahun Depan
Setelahnya, keputusan yang akan berlaku pada 2023 tersebut harus disepakati. Rumitnya undang-undang ketenagakerjaan, sebagaimana dilaporkan Motorsport, berarti membuka peluang bagi tim dan pembalap membuat kesepakatan jangka panjang untuk disepakati.
Sementara itu, Mercedes belum mengonfirmasi kontrak baru untuk Lewis Hamilton, pembalap dengan bayaran tertinggi di grid saat ini. Kontrak Lewis kemungkinan akan paling terpengaruh keputusan pembatasan tersebut. Di sisi lain, muncul celah bahwa tim dapat menghabiskan lebih dari US$ 30 juta untuk gaji pembalap, tetap biaya itu akan dikurangi pada batas anggaran yang disepakat setiap tim.
Baca juga : Lando Norris Minta Maaf Usai Komentari Rekor Kemenangan F1 Lewis Hamilton
Meski penghasilan dibatasi, tim Formula 1 bersepakat bahwa setiap pembalap bisa menambah penghasilan dengan sponsor pribadi. Teknis ketentuan ini belum disepakati setiap tim.
Bos Mercedes Toto Wolff menyatakan dukungannya terhadap batas gaji pembalap. Ketentuan ini sama seperti yang berlaku dengan liga olahraga di Amerika Serikat. Namun, ia menyarankan agar sosialisasi dilakukan secara bertahap. “Kami tidak ingin kehilangan superstar dari olahraga ini, jadi perlu dilakukan pengenalan bertahap mulai 2024 agar generasi pembalap masa depan berakhir pada level yang lebih sensitif karena kami memiliki batasan biaya pada tim," ujarnya.
Toto Wolff meneruskan, “Saya pikir gaji tinggi pantas mereka dapatkan, karena mereka adalah superstar olahraga global dan mereka adalah yang terbaik di kompetisi. Saya pikir itu tidak harus berakhir pada rasio, gaji individu dibandingkan dengan pengeluaran tim, yang dalam waktu tertentu akan menciptakan kontroversi yang tidak diperlukan."