TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih bulu tangkis, Endang Hermawan merasakan dampak pandemi Covid-19 bagi kehidupannya. Sejak merebaknya virus corona di Indonesia, bapak dua anak ini harus merelakan kehilangan penghasilan akibat tutupnya Gelanggang Olahraga yang digunakan untuk berlatih.
"Sejak pemberlakuan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) itu kan semua fasilitas olahraga tutup," kata dia saat ditemui Tempo, 1 November 2020.
Sebelum pandemi, ia bisa memperoleh penghasilan sekitar Rp 6 juta dari melatih di beberapa tempat. Endang melatih di klub PB Jaya Raya Ragunan, dan mengajar ekstrakurikuler di Sekolah Dian Cinere, serta mendirikan klub bernama Mandiri Raya Depok. "Dari semua itu bisalah untuk hidup dan membiayai anak sekolah, apalagi yang paling tua sekarang lagi kuliah di IPB," kata Endang yang telah melatih sejak tahun 2001.
Sejak pandemi, kehidupan keluarganya sangat dibantu dari penghasilan istrinya. Keuntungan usaha istrinya berjualan makanan secara online digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Menurut Endang, kondisi terburuk dialami pada periode Mei-Agustus 2020. Ketika itu penghasilan dari melatih sama sekali tidak ada. "Kalau istri tidak jualan online, mungkin buat makan pun sulit," ucapnya.
Sejak penerapan PSBB transisi, Endang pun membuka latihan privat lagi untuk empat orang atlit. Itu pun harus berpindah-pindah tempat, karena belum seluruh GOR buka. "Kadang di Depok, kadang di daerah Lenteng. Lumayan sudah ada penghasilan sejak September ini, walaupun paling banyak Rp 1,2 juta setiap bulan," kata dia.
Selama pandemi, Endang tidak mendapat bantuan sosial dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Menurut dia, jika ada bantuan dari federasi atau Kemenpora, tentu akan bisa mengurangi beban para pelaku olahraga yang terimbas pandemi corona. "Kalau saya, syukur masih dapat bantuan dari pemerintah daerah yang melalui Ketua RT," kata pelatih berusia 49 tahun ini.
Tak hanya Endang, pelatih klub Mitra Bintaro, Rara, juga mengalami nasib serupa. Sejak awal pandemi, Maret lalu, perempuan berusia 55 tahun ini hidup dari uluran tangan rekan-rekannya. Bantuan sosial dari pemerintah pun tidak mampu menutupi biaya hidup bagi bersama seorang anaknya yang masih berkuliah. "Apalagi saya ini janda, jadi melatih aja satu-satunya sumber penghasilan," kata dia.
Bukan hanya pelatih, atlet bulu tangkis merasakan dampak pandemi.