Apa yang paling susah dalam menerapkan latihan dalam kondisi pandemi Covid-19?
Dalam kondisi pandemi ini paling penting dan paling susah itu menjaga pikiran dan mood atlet. Kami latihan dengan manusia yang punya pikiran dan mood. Kalau orang bilang bahwa atlet mood-nya harus bagus, tetapi tetap saja mereka manusia yang juga punya ketakutan akan kondisi seperti ini.
Belum lagi dengan atlet muda yang belum tahu kapan mereka bisa bertanding karena banyak pertandingan tiba-tiba sudah dijadwalkan tiba-tiba di-cancel. Itu berdampak ke psikis mereka.
Apakah persoalan psikis bakal berdampak terhadap latihan dan pertandingan yang dijalani atlet?
Betul, saya juga suka gregetan melihat orang di luar sana yang melihat atlet itu super. Kembali lagi atlet itu seperti manusia biasa, tetap kami bakal membantu mereka me-review pikiran-pikiran mereka. Tapi atlet harus bisa menolong diri mereka sendiri. Jadi ini yang kita terus mendorong mereka untuk fight. Saya agak ketawa juga ketika orang mengkritisi anak-anak kami di pelatnas bulu tangkis bermain Tiktok. Saya bilang, apa yang salah dengan TikTok.
Aktivitas yang dilakukan yang tidak memakan waktu lama, juga tidak dikerjakan pada jam istirahat seperti jam 12 atau jam 1 malam. Mereka harus bisa menjaga pikiran supaya bisa tetap segar. Bayangin mereka sudah berbulan-bulan, hampir setahun lebih mereka tidak keluar dari latihan dan lingkungan begitu-begitu saja. Bayangkan saja tingkat kejenuhannya seperti apa saat di pelatnas bulu tangkis PBSI.