Terlebih kedua orang tuanya juga mendukung bahkan rela menitipkan sawahnya di Indramayu digarap orang lain demi mendampingi sekolah catur yang ditempuh Susanto di Jakarta. Susanto pun hijrah ke ibukota dan pindah sekolah dasarnya yang saat itu masih duduk di bangku kelas lima.
"Saat itu saya mikir, kalau mau maju ya harus ke kota, tidak di kampung terus, kapan lagi bisa dapat kesempatan (dapat beasiswa sekolah catur) itu," ujarnya.
Keputusan pindah ke ibu kota untuk sekolah catur itu diiringi berbagai uluran tangan berbagai pihak yang hendak membantu Susanto dan keluarganya yang bukan kalangan mampu. Misalnya untuk sekolah dan tempat tinggal, ia dibantu seorang bapak asuh bernama Herman di Pondok Gede Jakarta Timur
"Bapak dan ibu saya ikut juga karena saya waktu itu baru umur 10 tahun, tidak mungkin ditinggal, tinggal setahunan di rumah Pak Herman," ujarnya.
Baru setahun Susanto mengenyam pendidikan di ibu kota, pecah kerusuhan Mei 1998. Sekolah catur Ernerpac Susanto pindah ke Bekasi tahun 1999 tanpa ia ketahui penyebabnya dan berganti nama menjadi Sekolah Catur Utut Adianto. Susanto dan keluarganya terpaksa juga pindahan lagi agar dekat lokasi sekolah caturnya.
Pecatur Indonesia GM Susanto Megaranto. ANTARA/Andika Wahyu
Susanto bersyukur di sekolah catur yang baru itu ia dan keluarganya bisa menumpang tinggal. Karena lantai satu sampai tiga sebagai ruang kelas dan lantai teratas, lantai empat untuk asramanya. Ada lima kamar di asrama itu.
Lantas, apa bedanya sebelum dan sesudah sekolah catur pada kemampuannya bermain? "Jelas beda, di sekolah banyak teori diajarkan untuk mengatur permainan, saya jadi tidak lagi asal jalan dan mengandalkan feeling," ujarnya.
Di sekolah catur itu, Susanto menghadapi sebuah gemblengan yang tak main main. Tiap hari pulang sekolah, mulai jam 13.00-18.00 adalah waktu belajar catur. Baik teori dan praktek. Berbagai teknik diaplikasikan untuk dipelajari kelebihan dan kelemahannya.
"Setelah sekolah, saya makin banyak memenangi kejuaraan nasional tapi sudah masuk kelompok senior, bukan junior lagi," ujarnya.
Sejak mendalami catur di sekolah catur itu, Susanto tercatat tak pernah absen mengukir prestasi tiap tahun dari 1999- 2019. Setiap tahun, minimal tiga kejuaraan ia menangkan baik tingkat nasional maupun dunia.
Level demi level catur mampu dilewati Susanto Megaranto. Dimulai Master Percasi pada 1997, lalu Master Nasional (1999), dan Norma Master Internasional (2002). Ia kemudian meraih gelar Master Internasional/Norma Grand Master pada 2003 dan akhirnya mendapatkan Grand Master pada 2004.
IRSYAN HASYIM