“Akan banyak petenis Serbia kelak yang akan mengikuti jejakku,” ujar Djokovic, usai mengalahkan Nikola Davydenko dengan 6-1, 7-5, di Hari Minggu (16/11).
Mengingat kecilnya Djokovic yang tinggal di Desa Kopaonik, harus meninggalkan rumah diiringi tatapan mata orang tua dan dua adiknya untuk masuk kamp tenis anak-anak, saat masih usia empat tahun. Tinggi raketnya masih seleher anak pendiam itu. Tapi ketika ditanya saat masuk kamp tenis, apa yang kamu inginkan. “Petenis nomor satu dunia,” sahut Djokovic kecil.
Selain tekad, kemampuan Djokovic sudah terlihat sejak kecil. Jelena Gencic pelatih di kamp tenis Kopaonik melihat bakat anak ini. “Saya lihat dia mempunyai bakat yang besar, seperti saya melihat Monika Seles (petenis putri Serbia),” ujarnya.
Beruntung Djokovic lahir dan dibesarkan di lingkungan orangtua yang menyukai olahraga. Ayahnya dan ibunya, Srdjan dan Dijana adalah pemain sekaligus instruktur ski. Novak menjadi anak pertama dari tiga laki-laki bersaudara, adiknya; Marko dan Djordje.
Keseriusan Djokovic tidak terbantahkan lagi. Menginjak usia 12 tahun, pelahap salad dan buah-buahan ini memutuskan berangkat ke Munich Jerman untuk masuk Akademi Tenis Nikola Pilic. Mulailah, Djokovic remaja berusaha mengukir prestasi sejak mengikuti berbagai pelatihan tenis.
Ketika menginjak usia 14 tahun, penyuka film dan mendengarkan musik ketika waktu senggang ini, berhasil merebut kejuaraan Eropa untuk nomor tunggal, ganda dan tim. Kemudian merebut medali emas di San Remo, dan menempati runner up di kejuaraan dunia. Pada usia 16 tahun, Djokovic menjadi petenis terbaik dan puncaknya memenangi turnamen prestisius 'La Boule' dan La Poet' di Prancis, yang dulu juga pernah dimenangkan bintang tenis llyton Hewitt, Grosjean dan Roddick, saat remaja. Praktis, dia langsung masuk jajaran 40 petenis junior terbaik di dunia, saat itu.
Petenis kelahiran Beograd 22 Mei 1987 ini, mulai memasuki turnamen profesional pada tahun 2003, di telah memenangi delapan kali turnamen tingkat Future – turnamen kelas terkecil hadiah uangnya ini. Di turnamen kesembilan, merupakan turnamen terakhirnya di tingkat future, dia berhasil mencapai peringkat 100 dunia.
Selanjutnya, petenis yang favorit dengan lapangan keras ini, mulai naik tingkat ke turnamen kelas Chalenger di Belgrade pada Februari 2005. Sejak itulah, petenis dengan tinggi 187 ini, mulai malang melintang di berbagai pertandingan, dan tak kurang dari setahun dia telah menjadi petenis peringkat 20 dunia termuda.
Pengidola Pete Sampras ini telah menutup akhir musim ini dengan prestasi gemilang dengan merebut Master Cup dan mencapai peringkat tiga dunia. Kini, Djokovic tinggal beberapa langkah lagi untuk menggapai mimpinya, saat masuk kamp tenis di usia empat tahun.
Nur Haryanto