Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali mengatakan mendiang Markis Kido merupakan pahlawan bulu tangkis Indonesia yang patut diteladani para pebulu tangkis muda yang masih aktif bertanding.
“Kita seluruh masyarakat kehilangan salah satu pahlawan bulu tangkis Indonesia. Kepergiannya memang begitu cepat dan cukup mengagetkan. Kita semua sangat berduka atas meninggalnya Markis Kido di usia yang sangat muda 36 tahun,” kata Zainudin dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.
“Dia banyak mengukir prestasi juara baik di tingkat Asia maupun dunia, semangat juangnya dapat menjadi contoh para pebulu tangkis penerusnya,” sambung dia.
Hendra Setiawan dan Markis Kido bersama rekan senegaranya Mohammad Ahsan dan Alvent Yulianto menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya seusai pertandingan babak final ganda putra nomor perseorangan Asian Games XVI Guangzhou di Cina, Sabtu, 20 November 2010. Saat ini Hendra berpasangan Ahsan sebagai pasangan ganda putra. ANTARA/Andika Wahyu
Markis Kido meninggal dunia diduga karena serangan jantung saat bermain bulu tangkis di GOR Petrolin, Tangerang, Senin malam.
Selama berkarier di dunia bulu tangkis, Kido banyak mencatatkan jejak prestasi yang mengharumkan nama Indonesia. Tak hanya medali emas Olimpiade 2008 Beijing bersama Hendra Setiawan, ia sebelumnya juga sukses menyabet titel juara dunia dalam Kejuaraan Dunia 2007 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Meski memutuskan keluar dari pelatnas usai memenangi Olimpiade, Kido dan Hendera masih meneruskan catatan prestasinya. Mereka menambahkan koleksi medali emasnya pada Asian Games 2010 Guangzhou.
Tak hanya itu, Kido juga berjaya di SEA Games dengan menyapu bersih medali emas sejak SEA Games 2003 Vietnam hingga SEA Games 2011 Jakarta-Palembang.
Sementara itu, di seri superseries internasional BWF, Markis Kido telah mengumpulkan 10 gelar dimulai dengan China Masters 2007 dan ditutup dengan French Open 2013 saat berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon.
Baca Juga: Markis Kido Dimakamkan Satu Liang dengan Almarhum Ayahnya