TEMPO Interaktif, Purwokerto: Parno kembali menjadi bintang di ajang Speedy
Tour d,Indonesia 2008. Pembalap berusia 24 tahun itu mampu merangkak naik ke peringkat ketiga klasemen umum. Hasil itu sekaligus menjadi yang terbaik di antara pembalap Indonesia lainnya dan merebut kembali red and white jersey. Parno pun meraup gelar raja tanjakan di hari ketga balapan kemarin dan berhak mengenakan kaus polka dot.
Keberhasilan itu tak semata-mata menjadi kesuksesan Parno semata. Bahkan pembalap asing juga mengakui kemampuan pada pembalap Merah putih itu. “Kualitas para pembalap Indonesia sudah mulai meningkat. Itu bisa dilihat pada hasil hari ini sampai, sampai kami kehilangan mendapatkan jaket raja tanjakan untuk kali pertama,” tutur Hossain Jahanbanian, pembalap Tabriz Petrochemical yang berhasil meraih kaus kuning dari balapan kemarin.
Memang, pada lomba yang melalui rute Cirebon sampai Purwokerto itu, lima pembalap Merah Putih mampu finis dalam rombongan besar. Mereka adalah Parno dan Endra
Wijaya (Customs Cycling Club), Tonton Susanto (Dodol Picnic Garut), Rastra Patria (Jakarta Cycling Club), dan Hari Fitrianto (Polygon Sweet Nice).
Bahkan, awal perpecahan rombongan pun juga didahului pembalap asal Bintang Kranggan Cycling Club (BKCC) Fatahillah Abdullah pada 30 menit pertama. Dengan kerja
keras yang dilakukannya itu, Fatahillah mendekati pemegang pimpinan klasemen sprint Anuar Manan dari Timnas Malaysia. Anuar masih memimpin dengan koleksi 15 poin, sedangkan atahillah masih pada 7 poin.
Kesuksesan para pembalap Merah Putih itu mendorong peringkat klub masing-masing pada klasemen tim. Memang abriz yang masih menguasai pada urutan pertama, tapi pada eringkat kedua dan ketiga bisa diisi oleh Customs Cycling Club (CCC) Solo dan Jakarta Cycling Club (JCC).
Walau demikian, pembalap nasional Tonton Susanto memiliki pendapat sendiri. Menurutnya, para pembalap Indonesia asih belum bisa menjalin kerja sama dengan erat.
Hasilnya, tetap saja pembalap asing yang menguasai etape ke tiga kali ini. “Seharusnya para pembalap Indonesia bisa ekerja sama karena ada lima pembalap Indoensia yang ada
di depan,” kata Tonton dengan nada kesal.
Baginya, jika pada etape selanjutnya para pembalap Indoensia tidak engubah kondisi tersebut, maka kesempatan meraih juara tape akan semakin kecil. “Jadi, seolah-olah kita malah imanfaatkan pembalap asing untuk mengantarkan mereka
untuk jadi juara,” tutur Tonton. EZTHER LASTANIA