"Memang melihat dari prestasi terakhir, mungkin setahun belakangan Jorji kurang pertandingannya. Performanya kalau saya lihat belum bisa teruji," tutur Susy saat dihubungi Tempo, Rabu, 21 Juli 2021.
Gregoria Mariska Tunjung yang akrab disapa Jorji menjadi satu-satunya wakil tunggal putri Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020. Ini akan menjadi debut Gregoria di ajang multievent empat tahunan tersebut.
Pemain 21 tahun itu berhasil lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 setelah menempati peringkat ke-15 Race to Tokyo yang menjadi periode kualifikasi.
Tentu sebuah kebanggaan bagi Gregoria di usianya yang masih muda mampu menjadi tunggal putri yang mewakili Merah Putih di ajang sekelas Olimpiade. Namun, kata Susy, di samping itu tantangan berat sudah menanti Gregoria.
Jika lolos fase grup, Gregoria berpotensi besar bakal langsung berhadapan dengan tunggal putri peringkat lima dunia, Ratchanok Intanon. Pemain asal Wonogiri itu sudah berulang kali bertemu Intanon, namun hasilnya masih harus berakhir kekalahan.
"Waktu dia juara dunia junior 2017 sebetulnya saya berharap. Lalu, pada 2018, performa Jorji sedang tinggi-tingginya. Dia bisa mengalahkan dan menyulitkan beberapa pemain elite dunia. Dia juga sempat juara (di Finlandia Open 2018)," kata mantan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia ini.
Susy Susanti. (badmintonindonesia.org)
"Namun, belakangan saya melihat dia seperti stuck. Setelah tahun 2019 itu, dia agak kurang. Bukan menurun, melainkan seperti itu saja performa-nya. Dia sudah nyaris menang, tetapi tidak berhasil," kata Susy Susanti menambahkan.
Performa Gregoria dalam dua tahun belakangan memang tidak konsisten. Ia kerap kesulitan ketika melawan pemain-pemain top dunia. Gregoria sering mampu melawan di awal gim, namun kendur di akhir gim atau pada gim penentuan.
Meski demikian, Susy Susanti masih menaruh harapan pada Gregoria. Bagi dia, yang sudah kenyang asam garam bulu tangkis apalagi sekelas Olimpiade, segala sesuatu bisa terjadi asalkan berusaha semaksimal mungkin.
"Di Olimpiade, segala sesuatu bisa terjadi. Jadi, bagaimana kondisi terakhir nanti. Memang kalau dilihat dari prestasi mungkin sedikit berat," kata Susy.
"Akan tetapi, kami berharap Olimpiade bisa membangkitkan semangat Jorji dan paling tidak bisa meraih medali. Kalau dilihat dari hitung-hitungannya, Jorji sebagai kuda hitam di sana."
Susy berharap Gregoria bisa termotivasi untuk mendapatkan hasil terbaik di Olimpiade. "Semoga itu memacu Jorji untuk bisa termotivasi dan bermain terbaik. Justru karena dia tanpa beban itu akan lebih bagus," kata dia.
Gregoria bukan tidak menyadari penampilannya yang masih stuck. Menjelang keberatan ke Tokyo, ia terus mengevaluasi diri. Dalam persiapannya menuju Olimpiade Tokyo 2020, Gregoria lebih banyak mengendalikan aspek mental.
"Di sisi nonteknis, mulai tahun ini saya mencoba untuk konsultasi ke psikolog. Karena masalahnya kan mindset, kalau bisa dbilang saya sudah lumayan lama seperti ini," kata Gregoria.
Menurut dia, permasalahan sejak 2 tahun lalu yakni sering tersusul pada gim penentuan. "Dari tahun 2019 masih begitu-begitu saja masalahnya. Unggul jauh, terkejar lalu kalah."
"Jadi saya merasa perlu ada orang yang bisa pelan-pelan mengubah mindset itu dan membuat saya kembali percaya diri," kata Gregoria lagi.
Cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020 akan bergulir pada 24 Juli 2021 hingga 2 Agustus 2021.
IRSYAN HASYIM