TEMPO.CO, Jakarta - Lifter Eko Yuli Irawan menjadi salah satu andalan kontingen Indonesia untuk meraih medali emas Olimpiade Tokyo. Medan perang terakhir bagi pria yang akan berusia 32 tahun pada 24 Juli mendatang itu untuk mempersembahkan medali emas pertama dari cabang angkat besi.
Sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di ajang Olimpiade, cabang angkat besi sebenarnya cukup rajin menyumbangkan medali. Tercatat 12 medali, 6 perak dan 6 perunggu, telah dipersembahkan lifter-lifter tangguh bagi Merah Putih.
Bagi Eko Yuli, Olimpiade kali ini akan menjadi yang keempat setelah sebelumnya meraih medali perunggu kelas 56kg (Beijing 2008) dan kelas 62kg (London 2012), serta medali perak 62kg di Rio de Janeiro 2016.
Eko sempat menyatakan bahwa ajang kali ini bisa jadi Olimpiade terakhirnya. Pasalnya dengan usia yang sudah menginjak kepala tiga, dia mengaku sangat sulit untuk meningkatkan angkatan terbaiknya.
"Kalau melihat usia mungkin ini bisa yang terakhir. Untuk masalah ke depan kita lihat bagaimana karena untuk mempertahankan mungkin bisa, tetapi untuk meningkatkan sepertinya agak sulit dalam usia 35 tahun. Maka momentumnya di tahun ini yang bisa diperjuangkan," kata Eko, Mei lalu.
Perjuangan Eko Yuli untuk menuju ke Tokyo tak mudah. Dia harus melewati enam kejuaraan yang masuk kualifikasi Olimpiade. Hasilnya, dia menempati posisi kedua kualifikasi akhir Olimpiade Tokyo 2021 dengan mengumpulkan 4.162,7502 poin.
Kejuaraan pertama yang diikuti adalah IWF World Championships 2018 di Ashgabat, Turkmenistan. Di sana, Eko Yuli meraih medali emas sekaligus memecahkan rekor dunia kelas 61 kg dengan total angkatan 317 kg (snatch 143 kg dan clean and jerk 174 kg).
Namun total angkatan dia menurun cukup drastis menjadi 297 kg saat tampil dalam IWF World Cup 2019 di Fuzho, China. Angkatan Eko juga belum membaik saat berlaga pada Asian Championships 2019 di Ningbo, China, ketika dia membukukan total angkatan 299 kg.
Total angkatan lifter kelahiran Lampung itu kembali naik menjadi 306 kg dalam IWF World Championships 2019 di Pattaya, Thailand dan 309 kg pada SEA Games 2019 Vietnam. Pada kedua ajang itu, Eko Yuli berhasil meraih medali emas.
Penampilan Eko terus meningkat dengan total angkatan 310 kg saat meraih medali emas pada Kejuaraan International Fajr Cup 2020 di Rasht, Iran. Kejuaraan itu merupakan kejuaraan terakhir yang diikutinya sebelum pandemi COVID-19.
Meskipun telah melalui babak kualifikasi dengan sangat baik, jalan Eko Yuli Irawan masih sangat terjal untuk meraih medali emas pertama dari cabang Angkat Besi bagi Indonesia di ajang Olimpiade.
Di Tokyo, dia harus menghadapi lifter asal China Li Fabin, yang menempati peringkat pertama dalam klasemen kualifikasi. Li Fabin adalah lifter yang memecahkan rekor dunia total angkatan milik Eko Yuli dari 317 kg menjadi 318 kg (snatch 145 kg dan clean and jerk 173 kg) saat meraih medali emas di IWF World Championships 2019.
Persaingan kedua lifter untuk meraih medali emas Olimpiade bisa dibilang imbang. Sejak pandemi Covid-19 menghentikan seluruh kejuaraan kualifikasi, angkatan total terbaik Li Fabin adalah 312 kg (snatch 142 kg dan clean and jerk 170 kg) saat tampil dalam periode ketiga kualifikasi Olimpiade pada Asian Championships 2020 di Tashkent, Uzbekistan.
Pesaing terdekat Eko lainnya adalah lifter Uzkebistan Ergashev Adkhamjon. Dalam periode ketiga kualifikasi Olimpiade Tokyo, dia membukukan total angkatan 316 kg saat tampil pada Asian Championships 2020 di Tashkent, Uzkekistan.
Selain dua lifter tersebut, rival yang bakal dihadapi Eko di Tokyo diantaranya adalah lifter asal Vietnam, Jepang, Italia, Peru, Kazakhstan, Jerman, dan Arab Saudi.
Selain Eko Yuli Irawan, kontingen Indonesia juga akan diperkuat empat lifter lainnya di Olimpiade Tokyo, yaitu Deni (67 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg). Selain itu ada dua lifter putri yakni Windy Cantik Aisah (49 kg) dan Nurul Akmal (+87 kg).