TEMPO.CO, Jakarta - Atlet Jamaika, Elaine Thompson-Herah, berhasil mempertahankan medali emas lari 100 meter Olimpiade. Ia menjadi yang tercepat dalam lomba di Olimpiade Tokyo, Sabtu.
Elaine Thompson-Herah, 29 tahun, adalah juara bertahan di nomor ini. Pada Olimpiade Rio 2016, ia tampil cemerlang dengan memborong dua emas dan satu perak. Selain dari nomor 100 meter, emas juga ia dapat di nomor 200 meter.
Di Tokyo, salah satu emas itu sudah bisa ia pertahankan. Dalam lomba di Olympic Stadium, Tokyo, ia menyentuh garis finis paling dahulu, mengungguli dua rekan senegaranya.
Ia menjadi juara dengan menorehkan rekor Olimpiade, yakni 10,61 detik. Catatannya belum mampu melampau rekor dunia yang tercipta 1988 oleh Florence Griffith-Joyner (10,49 detik).
Shelly-Ann Fraser-Pryce, yang mengincar medali emas ketiga di usia 34 tahun setelah meluangkan waktu untuk memiliki bayi, harus puas dengan perak setelah mencatatkan waktu 10,74 detik. Perunggu direbut Shericka Jackson dengan 10,76 detik.
"Saya tidak dapat menemukan kata-kata. Saya berteriak sangat keras karena saya sangat senang," kata Thompson-Herah seusai lomba.
"Bulan lalu saya tidak berpikir saya akan berdiri di sini untuk mempertahankan gelar saya. Saya telah berjuang dengan cedera (Achilles) saya selama lima tahun. Bagi saya untuk tetap fokus, menahan diri saya ... tidak ada lagi yang perlu dibuktikan."
Juara dunia 200m asal Inggris, Dina Asher-Smith, yang diharapkan menjadi salah satu penantang utama di nomor ini, gagal mencapai final. Ia akhirnya mengumumkan pengunduran diri dari Olimpiade Tokyo ini karena cedera hamstring.
REUTERS
Baca Juga: Kata Lalu Muhammad Zohri Setelah Gagal di Olimpiade Tokyo