TEMPO.CO, Jakarta - Dua atlet, Mutaz Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi dari Italia, berbagai emas lompat tinggi Olimpiade Tokyo. Ada kisah mengharukan soal persahabatan dan pengorbanan di balik peristiwa yang terjadi Ahad lalu itu.
Keduanya berlomba di Olympic Stadium, Ahad, 1 Agustus 2021. Dua-duanya hadir sebagai unggulan sejak awal dan saat berlomba terus bersaing ketat.
Mutaz Essa Barshim, 30 tahun, dan Tamberi, 29 tahun, sukses dengan semua lompatannya, hingga mencapai 2,37 meter. Lalu, mereka berusaha melewati 2,39 meter.
Setelah masing-masing tiga kali gagal pada ketinggian itu, seorang ofisial Olimpiade menawarkan kepada mereka satu lompatan untuk menentukan pemenang.
Satu versi cerita menyebutkan Tampberi menarik diri dari upaya terakhir itu karena cedera kaki. Sedangkan versi lain, seperti diungkap Reuters, menyebut saat itu kedua atlet yang merupakan sahabat dekat itu memang memilih membagi kejayaan bersama.
Kala itu, Barshim bertanya kepada ofisial. "Apa bisa ada dua emas?" Ofisial itu mengangguk. Kedua atlet itu lalu bergandengan tangan, berpelukan, dan bersorak kegirangan.
Atlet Italia, Gianmarco Tamberi dan atlet Qatar, Mutaz Essa Barshim menunjukkan medali emas mereka. REUTERS
Barshim dalam wawancara yang berlangsung belakangan mengungkap momen tersebut. "Saya melihat dia, dia melihat saya, dan kami tahu itu. Kami hanya melihat satu sama lain dan kami tahu, itu saja, sudah selesai. Tidak perlu," kata dia.
"Dia adalah salah satu teman terbaik saya, tidak hanya di trek, tetapi di luar trek. Kami bekerja sama. Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Ini adalah semangat sejati, semangat olahragawan, dan kami di sini menyampaikan pesan ini."
Gianmarco Tamberi dan Mutaz Essa Barshim. REUTERS
Hal itu juga menjadi solusi terbaik bagi Tampberi , yang mengalami patah pergelangan kaki beberapa hari sebelum Olimpiade Rio 2016.
"Setelah cedera saya, saya hanya ingin kembali, tetapi sekarang saya memiliki emas ini, itu luar biasa,” kata Tamberi. "Saya memimpikan ini berkali-kali."
"Saya diberitahu pada 2016 tepat sebelum Rio ada risiko saya tidak akan bisa bersaing lagi. Ini adalah perjalanan yang panjang."
Barshim pernah memenangkan perunggu, yang kemudian ditingkatkan menjadi perak, di Olimpiade London 2012. Dia kembali meraih perak di Rio empat tahun kemudian, dan memenangi dua gelar dunia berturut-turut pada 2017 dan 2019.
Catatan terbaiknya 2,43 meter adalah lompatan tertinggi kedua sepanjang masa, di belakang rekor dunia Kuba Javier Sotomayor 2,45 meter yang ditetapkan pada 1993.
Berbagi emas untuk satu nomor, seperti dilakukan Mutaz Essa Barshim dan Gianmarco Tamberi, adalah pertama kalinya dalam Olimpiade sejak 1912.
Baca Juga: Apriyani Rahayu Dapat Banyak Bonus di Konawe: Tanah, Rumah, Sapi