TEMPO.CO, Jakarta - Sukses ganda putri Greysia Polii / Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade Tokyo tak lepas dari sosok Eng Hian. Dia merupakan pelatih yang memasangkan keduanya hingga menempa mereka menjadi juara.
Eng Hian berperan penting dalam karir kedua anak asuhnya itu. Pada 2016, Greysia Polii sempat patah semangat setelah pasangannya, Nitya Krisihnda Maheswari, mengalami cedera serius dan harus gantung raket.
Greysia yang gagal pada dua Olimpiade sebelumnya juga sempat berpikir untuk pensiun dini. Eng Hian yang kemudian membujuk Greysia untuk tetap berjuang sambil menemukan pasangan yang pas.
Kebetulan saat itu Apriyani mendapatkan promosi ke pelatnas senior bulutangkis Indonesia. Sebagai pelatih kepala nomor ganda putri, Eng Hian melihat sosok Apriyani memiliki kemamuan di atas rata-rata pemain se-usianya. Dia pun lantas memasangkannya dengan Greysia Polii.
"Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas. Dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp200 ribu di tangan. Dia bilang dia mau jadi juara, terserah koh Didi (panggilan Eng Hiang) mau kasih program apa, saya siap," kata Eng Hian mengenang pertemuan pertamanya dengan Apriyani seperti dilansir laman badmintonindonesia.org tahun lalu.
"Itu dibuktikan sama dia, saat masih tidak punya duit sampai sekarang sih tidak ada yang berubah, dari segi latihan dan kemauan masih sama."
Meskipun terpaut 10 tahun, Greysia / Apriyani membuktikan mereka mampu tampil saling mengisi di lapangan. Berbagai gelar juara telah mereka raih sejak saat itu seperti Thailand Open 2017, French Open 2017 hingga terakhir Thailand Open 2020.
Eng Hian sejak awal memang menargetkan anak asuhnya itu meraih medali emas Olimpiade. Dia pun selalu berpesan agar Greysia / Apriyani tak pernah berpuas diri setelah meraih gelar sebuah kejuaraan. Misalnya ketika mereka menjuarai Thailand Open tahun lalu.
"Target utama mereka kan lebih dari ini. Dalam hati tentu saya bangga sama mereka, luar biasa. Tapi saya nggak mau mereka puas di sini, jadi biasa saja. Habis juara, bagus, tapi itu di depan masih ada Olimpiade, target yang lebih besar lagi," ucap Eng Hian.
Dia pun memprediksi pasangan ini masih akan dapat bermain hingga 2022. Setelah itu, Eng Hian berharap bisa menemukan pasangan yang pas bagi Apriyani Rahayu jika Greysia Polii memutuskan gantung raket.
"Saya belum bisa melihat siapa yang cocok dipasangkan dengan Apri. Kalau secara teknik, yang mendekati Apri sih ada, tapi secara mental dan kemauan, belum ada," ujarnya.
Meskipun demikian, misi Eng Hian bersama Greysia Polii dan Apriyani Rahayu belum tuntas. Mereka masih memiliki sejumlah kejuaraan yang harus diikuti pada tahun ini hingga tahun depan. Kompetisi BWF World Tour 1000 seperti Denmark Open dan Indonesia Open masih menanti pada Oktober dan November mendatang. Jika memungkinkan, keduanya bisa tampil pada All England tahun depan.
BADMINTONINDONESIA.ORG
Baca: Greysia Polii Sudah Bertekad Cetak Sejarah Sejak Usia 13 Tahun