TEMPO.CO, Jakarta - Legenda tenis Yayuk Basuki mengungkap permasalahan utama dalam mandeknya prestasi olahraga tenis Indonesia. Menurut dia, mandeknya prestasi terjadi karena kegagalan transisi dari level junior ke level profesional.
Yayuk, yang pernah menduduki peringkat ke-19 dunia, menyebutkan bahwa petenis Indonesia cenderung mentereng di level junior tapi melempem ketika terjun ke tenis profesional. Ia mencontohkan petenis Indonesia yang pernah masuk 10 besar peringkat junior seperti Wynne Prakusya dan Suwandi.
"Petenis kita itu pas junior top ten semua. Saya sebutkan dari putra, kita punya Suwandi, dia top ten di level junior. Lalu di nomor putri, ada Wynne Prakusya dan saya walaupun saya terbilang terlambat terjun ke tenis profesional," ujar Yayuk saat dihubungi Tempo pada Rabu, 11 Agustus 2021.
Menurut dia, prestasi mentereng di level junior tidak menjamin keberhasilan ketika merambah ke tenis profesional. Hal itu terbukti ketika Angelique Widjaja yang gagal di level senior meskipun ia berhasil menjuarai ajang grand slam Wimbledon 2001 pada level junior. Selanjutnya pada 2002, Angelique Widjaja berhasil juara dua kali Grand Slam pada French Open dan Australia Open bersama Gisela Dulko.
Indonesia juga memiliki Tami Grende. Petenis keturunan Belgia yang lahir di Bali ini memegang gelar Grand Slam di level junior, tepatnya pada Wimbledon 2014 dengan lapangan rumput. Tami Grende sukses menjadi juara berpasangan dengan Ye Qiuyu. Pasangan gado-gado itu sukses mengalahkan Marie Bouzkova dan Dalma Galfi. "Saya berharap supaya masa transisi ini kita tidak terlena dengan prestasi yang sudah berlalu, saya khawatir pas junior sukses, pas masuk ke level profesional malah gagal," kata Yayuk.
Priska Madelyn Nugroho dan pasangannya Naho Sato asal Jepang berhasil menjuarai ganda putri ITF Denmark Frederiksberg tournament 2021. (foro: istimewa)
Melihat kondisi ini, Yayuk pun berharap petenis muda Indonesia, Priska Madelyn Nugroho yang telah memulai debut di ajang tenis profesional tidak terlena dengan prestasinya di level junior. Menjuarai Australia Open 2020 level junior, ia berharap Priska untuk fokus mengejar prestasi di turnamen tenis internasional. "Dia perlu banyak di luar negeri. Kalau dihitung, saya bisa di luar negeri selama sepuluh bulan dalam setahun," kata dia.
Priska Madelyn Nugroho, 18 tahun, saat ini tengah mengadu peruntungan sebagai petenis profesional di Eropa. Petenis muda Indonesia itu tengah mengikuti rangkaian turnamen di Denmark. Pada 16 Juli lalu, Ia menjadi semifinalis ganda putri bersama petenis Korea Selatan, Yeonwoo Ku, di turnamen ITF W15 Almada, Portugal.
Dilansir dari laman resmi ITF, Priska juga sempat mengikut Turnamen ITF Amarante Ladies Open yang digelar pada tanggal 19-25 Juli 2021 di Portugal. Namun, ia baru bisa merebut gelar juara pertama di level pro pada turnamen ITF World Tour W15. Turnamen ini merupakan level terendah dalam struktur kompetisi Federasi Tenis Internasional (ITF) yang biasanya dijadikan pijakan awal petenis di level junior untuk berkarier di level profesional.
Pada turnamen ITF World Tennis Tour W15 Frederisberg, Denmark, Priska Madelyn Nugroho sukses meraih gelar juara ganda putri. Berpasangan dengan petenis Jepang, Naho Sato, ia berhasil menundukkan pasangan Viktoriia Dema (Ukraina) / Ani Vangelova (Bulgaria) di partai final dengan skor 6-0,6-1 pada Sabtu, 7 Agustus 2021.
Baca juga : Jessy Rompies Kalahkan Unggulan Utama di ITF World Tennis Tour
Baca juga : Priska Madelyn Nugroho Raih Gelar Juara Ganda Putri di Denmark