TEMPO.CO, Jakarta - Lifter putra
Eko Yuli Irawan masih menyimpan asa untuk merebut medali emas Olimpiade. Medali tersebut gagal diraih di Olimpiade Tokyo, bulan lalu, karena ia hanya mampu meraih perak.
“Olimpiade adalah tujuan akhir seorang atlet, begitu juga saya," ujar Eko Yuli melalui keterangan tertulis, Senin, 16 Juli 2021.
"Sejak awal saya berkeinginan mendapat medali emas, bukan untuk saya pribadi, tetapi juga untuk negara karena Olimpiade selalu bertepatan dengan hari kemerdekaan. Namun, rezeki saya masih perak."
"Ini persembahan yang bisa saya berikan untuk negara di HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76.”
Meski hanya meraih perak, lifter 32 tahun ini sudah masuk jajaran elit. Ia merupakan satu-satunya atlet di Indonesia yang empat kali tampil di Olimpiade dan selalu pulang membawa medali sejak partisipasi pertamanya di Beijing 2008.
Eko Yuli juga menjadi lifter kedua di dunia yang merebut empat medali Olimpiade. Sebelum Eko Yuli, ada legenda angkat besi Yunani Pyrros Dimas yang mengukir sejarah sejak penampilannya di Olimpiade 1992 Barcelona. Dimas turun di kelas menegah dan mengoleksi tiga emas serta satu perunggu.
Eko berlaga di kelas paling ringan putra dengan raihan dua perak (Olimpiade 2020 Tokyo dan Olimpiade 2016 Rio de Janeiro) serta dua perunggu (Olimpiade 2008 Beijing dan Olimpiade 2012 London).
Perlu juga dicatat, prestasi Eko Yuli ini melampaui prestasi lifter angkat besi putri asal Papua, Lisa Rumbewas, yang telah meraih tiga medali pada penampilan di Olimpiade (perak di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade 2004 Athena serta perunggu di Olimpiade 2008 Beijing).
Sebelum meraih medali perak di
Olimpiade Tokyo, Eko Yuli sempat berpolemik dengan Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI). Ketika itu keinginannya untuk ditangani pelatih Lukman sempat terganjal.
Iklan
Namun, semua persoalan itu bisa teratasi berkat
koordinasi yang dilakukan oleh, Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari dalam melakukan pendekatan terhadap Ketua Umum PB PABSI Rosan P Roeslani yang juga menjabat sebagai Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia untuk Olimpiade 2020 Tokyo.
“Saya benar-benar merasakan peran NOC Indonesia dalam membantu mendatangkan Coach Lukman yang sedang dikontrak Federasi Angkat Besi Thailand ke Indonesia. Bahkan, NOC Indonesia juga mencarikan sponsor untuk kebutuhan pelatnas mandiri saya,” kata dia.
Eko Yuli mengatakan, terlepas dari segala hal yang terjadi dalam persiapannya menuju Olimpiade, ia tetap bersyukur mendapat kepercayaan tampil di
multievent empat tahunan paling prestisius di dunia.
Ia mengaku masih penasaran untuk meraih medali emas Olimpiade. Tetapi ia tak mau jemawa akan bisa mewujudkan ambisi tersebut di Paris 2024.
Saat ini, kata Eko, ia ingin mendapat kepercayaan untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade Paris sembari melihat seperti apa persaingan kelas 61 kg putra. Apalagi, Komite Olimpiade Internasional (IOC) lagi mengkaji angkat besi dan tinju untuk Olimpiade musim panas edisi ke-33 mendatang.
Menurut dia, pihak keluarga pun masih mendukung untuk melanjutkan karir sebagai atlet dan meraih prestasi tinggi.
“Saya sudah bilang kepada Pak Rosan dan Pak Okto (sapaan karib Raja Sapta) agar saya bisa diberi kesempatan untuk ikut kualifikasi Paris. Beliau-beliau pada intinya mendukung saya karena semua perjuangan yang saya lakukan ini bukan cuma untuk menuntaskan rasa penasaran saya semata, tetapi juga demi Merah Putih," kata Eko Yuli Irawan.
IRSYAN HASYIM