TEMPO.CO, Jakarta -Atlet bulu tangkis paralimpik Khalimatus Sadiyah menargetkan medali perak pada ajang Paralimpiade Tokyo 2020. Berpasangan dengan Leani Ratri Oktila, atlet yang akrab disapa Alim ini telah mengantongi tiket di sektor ganda putri.
"Kami turun di cabang olahraga Para Badminton SL-4," kata Alim saat dihubungi Rabu, 18 Agustus 2021.
Sebagai persiapan menghadapi ajang Paralimpiade Tokyo, ia telah menjalani pemusatan latihan nasional atau pelatnas bulu tangkis di Solo. Menurut Alim, latihan yang dijadwalkan pada Senin sampai Sabtu. Sesi latihan terdiri atas sesi latihan pagi pukul 8.00-11.00, sedangkan sesi latihan sore pukul 15.00-18.00.
Atlet kelahiran 17 September 1999 tersebut bercerita telah mengenal dunia badminton sejak kelas 5 sekolah dasar. Saat itu, ia bersekolah di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin Mojokerto dan masuk ke klub Bendo Sport Mojosari.
"Ketika itu naik sepeda onthel dari pesantren untuk berlatih bulu tangkis lima kali dalam seminggu," ujar Alim.
Ia pun sempat menolak untuk di pertandingkan di kelas kelas disabilitas meskipun masuk dalam klasifikasi tuna daksa SL-4. Baru pada tahun 2013 pada Pekan Paralympic Pelajar Nasional VI Jakarta, Alim menerima tawaran Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Timur.
"Waktu itu berhasil raih emas di sektor tunggal putri," ujar dia.
Pencapaian pada Peparpenas tersebut yang mendorong National Paralympic Committee (NPC) Indonesia memboyong Alim ke Pelatnas Solo.
Pada April lalu, Alim yang berpasangan dengan Leani Ratri Oktila (Ganda Putri SL3-SU5) berhasil menjuarai ajang
Sheikh Hamdan bin Rashid Al-Maktoum 3rd Dubai Para Badminton International 2021,Uni Emirat Arab. Turnamen ini diikuti oleh 127 atlet para badminton dari 29 negara yang sebagaian besar tampil di Paralimpiade Tokyo 2020.
NPC Indonesia pun menargetkan cabang olahraga badminton bisa mempersembahkan medali emas dan perak pada ajang Paralimpiade Tokyo 2021. Selain Khalimatus Sadiyah, cabang olahraga para badminton pun mengirimkan Leani Ratri, Dheva Anrimusti, Hary Susanto, Ukun Rukaendi, Suryo Nugroho dan Fredy Setiawan.
IRSYAN HASYIM