TEMPO.CO, Jakarta - Meski tidak lagi terjun secara langsung, Hariyanto Arbi punya analisis sendiri soal perubahan peta kekuatan bulu tangkis dunia. Menurut legenda bulu tangkis tunggal putra itu, perubahan sistem skor dalam pertandingan membuat kekuatan bulu tangkis di dunia lebih merata.
Perubahan sistem poin yang ia maksud adalah perubahan dari sistem pindah bola ke sistem rally point. "Jadi kalau dulu, atlet bulu tangkis Asia lebih gampang menang dari wakil Eropa. Kalau sekarang game dengan rally 21 point, siapa pun bisa memang," kata Arbi kepada Tempo di Jakarta pada Senin, 23 Agustus 2021.
Ketika sistem pertandingan masih memakai sistem 15 poin, menurut dia, pemain non-unggulan bakal kesulitan menghadapi pemain top dunia. Arbi menilai kondisi sekarang udah berubah dengan munculnya kejutan seperti Kevin Cordon dari Guetemala di Olimpiade Tokyo 2020. "Dulu unggulan jarang sekali bisa tumbang sama yang di bawah," kata dia.
Selain itu, menurut Arbi, sistem 15 poin jauh lebih menguras energi. Sistem pindah bola, walaupun hanya 15 poin, mengharuskan setiap atlet berada dalam kondisi fisik yang prima. "Kalau sekarang yang 21 poin tetap harus prima, tapi dulu lebih menguras tenaga karena pindah-pindah bola itu," ucap pemain berjuluk Smash 100 Watt itu.
Persebaran pelatih juga menjadi faktor lain. Sejumlah pelatih dari negara-negara kuat dalam bulu tangkis, terutama yang berasal dari Asia, juga berpengaruh dalam membentuk kekuatan baru. Kevin Cordon, bersama pelatih asal Indonesia, Muamar Qadafi, adalah contoh terbaru.
Arbi pun bercerita pernah mendapat tawaran untuk melatih salah satu negara di Kawasan Asia setelah memutuskan pensiun sebagai atlet. Tawaran itu datang pada tahun 2001. "Dulu ada tawaran melatih di luar, Sebelum terjun ke bisnis, waktu itu kebetulan nikah, terus istri juga enggak mau," kata mantan peringkat satu dunia yang pernah menjadi juara All England tahun 1994 itu.
Setelah menolak tawaran melatih di luar negeri, Hariyanto Arbi pun membuka perusahaan peralatan olahraga pada tahun 2003. Ia pun memilih nama Flypower sebagai brand. "Dulu pas banget momennya, jadi menekuni bisnis karena ada kesempatan dan momen, pas dijalani ternyata diterima pasar," kata laki-laki kelahiran 21 Januari 1972.
Baca juga : Wawancara Susy Susanti Soal Peluang Indonesia di Piala Thomas dan Piala Uber