TEMPO.CO, Jakarta - Hanik Puji Astuti dan Bolo Triyanto menjadi dua nama yang mewakili Indonesia di cabang olahraga para-menembak pada ajang Paralimpiade Tokyo 2020. Lahir di Sragen, 12 Oktober 1983, Bolo Triyanto yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama harus memulai bekerja di usia muda.
Bolo, yang saat itu berusia 18 tahun, bekerja di perusahaan pakan ternak. Di situ, dia terpaksa kehilangan tangan kanannya karena kecelakaan kerja. "Tangan saya masuk ke mesin dan langsung tercabik-cabik," kata Bolo, dikutip dari situs resmi Komite Paralimpiade Internasional.
Bolo bangkit. Ia mengikuti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) hingga ASEAN Para Games ketika berusia 20 tahun. Pada ASEAN Para Games 2003 di Vietnam, Bolo berkompetisi di cabang olahraga para-atletik dan berhasil membawa pulang medali. Dia merupakan sprinter untuk lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Tampil di Vietnam, dia meraih satu medali emas dan dua medali perunggu.
Dalam Peparnas 2004 di Palembang, Bolo meraih tiga medali emas dan satu medali perak. Berlanjut ke ASEAN Para Games 2005 di Filipina, dia menyumbang dua medali emas dan satu medali perunggu untuk Indonesia. Kemudian Peparnas 2008 di Samarinda, Bolo berhasil menambah koleksi tiga medali perak. Dalam perjalanannya, dia juga turut menjadi pelatih para-atletik.
Suami atlet para-atletik Ratmini itu kemudian tertarik pada cabang olahraga para-menembak setelah mengetahui bahwa olahraga tersebut menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan pada ASEAN Para Games 2015 di Singapura. "Saya pensiun dari para-atletik dan memutuskan untuk menjadi pelatih. Tetapi ketika saya mendengar tentang olahraga para-menembak yang baru, saya tertarik," kata laki-laki 37 tahun itu.
Hanik Puji Astuti punya jalan cerita yang sama. Atlet berusia 25 tahun awalnya adalah seorang atlet para-atletik balap kursi roda. Lahir dengan keterbatasan fisik pada kedua kakinya, Hanik mengaku sempat mengalami momen ketika orang-orang memandangnya dengan sebelah mata. Sejak saat itu, dia ingin maju untuk menunjukkan kepada orang-orang apa yang dapat dia capai.
Jalan di dunia olahraga menjadi jawaban. Keterbatasan tak menghalangi Hanik untuk berprestasi. Dia meraih medali emas Malaysia Asian Youth 2013, meraih dua medali emas dan satu perak dalam Perparnas Riau 2012 dan menggondol dua medali emas dan satu perak dalam Perparnas Bandung 2016.
Sama seperti Bolo, Hanik mulai bertanding di cabang olahraga para-menembak pada ASEAN Para Games 2015 di Singapura. Di ajang itu, dia berhasil membawa pulang medali perunggu.
Berikutnya beralih ke olahraga para menembak...