TEMPO.CO, Jakarta - Atlet asal Jawa Barat, Raharjati Nursyamsa, tampil luar biasa dengan mengalahkan catatan waktu pemegang rekor dunia panjat tebing Veddriq Leonardo, wakil Kalimantan Barat, pada nomor Speed World Record Perorangan Putra dalam Pekan Olahraga Nasional atau PON Papua di Mimika, Jumat, 1 Oktober 2021.
Sewaktu berhadapan dengan Aspar Jaelolo dari DKI Jakarta di semifinal nomor Speed World Record Perorangan Putra, Raharjati berhasil meraih catatan waktu 5,14 detik. Torehan itu mengalahkan catatan waktu yang dibuat Veddriq Leonardo saat tampil di final Piala Dunia Panjat Tebing Salt Lake City, Amerika Serikat, yakni 5,20 detik.
"Hari ini dari Jawa Barat atas nama Raharjati Nursyamsa berhasil mencatatkan waktu 5,14 (detik). Ini pencapaian yang luar biasa," ujar Ketua I Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Rudy Fitryano saat sesi konferensi pers di Arena Panjat Tebing SP2 Mimika, Papua.
Meski begitu, Raharjati gagal meraih emas karena terjatuh dari tebing (fall) saat berhadapan dengan Veddriq Leonardo di babak final nomor Speed World Record Perorangan Putra. Veddriq juga tergelincir, tetapi ia berhasil bertahan untuk tidak terjatuh dan bisa melanjutkan panjatannya sampai ke puncak.
Menurut Veddriq, pencapaian Raharjati sebetulnya luar biasa. Namun, ia memilih berfokus pada pertandingan tersebut sehingga bisa merebut medali emas PON Papua.
"Tadi saya dengar ada catatan waktu 5,1 detik dari Jabar, itu pencapaian luar biasa sebenarnya. Tapi saya hanya ingin fokus pada pertandingan," kata Veddriq.
Adapun Raharjati mengaku agak terlena dengan catatan waktu yang dibuatnya pada babak semifinal. "Mungkin karena terlalu senang dengan pertandingan sebelumnya, sehingga saya terlena. Jadi ini akan saya jadikan evaluasi buat diri saya sendiri," kata Raharjati.
Kendati sudah mengalahkan rekor waktu yang dicatatkan oleh Veddriq, masih banyak tahapan yang harus dilalui Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) agar rekor tersebut bisa diakui oleh Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC). Menurut Rudy Fitryano, pihaknya perlu mengurus semacam sertifikasi sarana dan prasarana panjat tebing yang menjadi arena pertandingan tersebut.
"Harus mendapatkan license atau sertifikasi dari International Federation of Sport Climbing (IFSC), baik sarana, perangkat, maupun peralatan yang digunakan. Baru itu bisa terdata. FPTI sendiri sangat mendukung itu bisa terlaksana, tapi di arena panjat tebing PON Papua ini masih belum," kata Rudy pula.