Sayangnya, tiga finalis Indonesia yang bertanding gagal mempersembahkan emas tambahan bagi kontingen Garuda di ajang Pekan Olahraga Mahasiswa bergengsi tingkat mahasiswa ASEAN ini.
Kegagalan pertama dialami Fransisca Ratnasari yang menyerah kepada Julia Wong Pei Xian. Sempat tertinggal di set pertama 21-19, Julia memaksa Fransisca bermain tiga set dengan memenangkan set kedua 21-10.
Namun, Fransisca yang kendati unggul dalam bermain net akhirnya gagal merebut emas. Di set ketiga kembali pebulutangkis Malaysia itu yang menutup permainan dengan skor 21-15. Secara keseluruhan, Julian menang 19-21, 21-10, 21-15.
Sementara itu, pemain tunggal putra Indonesia yang merupakan rangking ketujuh pelatnas, Andreas Aditya Warman, juga harus mengalami kegagalan setelah ditundukkan Muhamad Arif Abdul Latif dua set langsung, 21-17, 21-18.
Setelah kalah di set pertama, Andreas sempat memberi harapan dengan lob dan smash tajam di awal set kedua. Ia pun langsung unggul 5-0. Namun Adit, begitu biasa ia dipanggil, sering membuat kesalahan sendiri di set ini.
Adit yang di semifinal pada Kamis lalu mengalahkan unggulan pertama Malaysia, semakin keteteran sehingga memudahkan Arif yang sebenarnya hanya pemain junior nomor dua Malaysia berhasil mengakhiri pertandingan.
Kegagalan Indonesia menjadi lengkap setelah harapan terkhir lewat ganda putra Fernando Kurniawan dan Lingga, juga diredam pasangan andalan tuan rumah, Muhamad Razif Abdul Latif dan Tan Wee Kiong, dua set langsung, 21-17, 21-17.
Menghadapi kegagalan ini, pelatih tim bulutangkis Indonesia Herawati Supandi menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi penyebab kegagalan tim Indonesia kali ini, di antaranya kesalahan strategi dalam menurunkan pemain.
“Kami tidak menyangka Malaysia turun dengan kekuatan penuh. Rata-rata mereka menurunkan pemain junior nomor satu dan dua di negaranya, sedangkan Indonesia hanya menyertakan atlet pratama (atlit muda pelatnas) dan para pemain peringkat lima sampai sepuluh di kategori junior,” kata Herawati kepada Tempo yang langsung meliput pertandingan ini.
Selain itu ambisi Malaysia untuk menyapu bersih emas juga kentara sekali. Hal ini terbukti dengan tidak adanya drawing (undian) pertandingan. “Kami datang sudah ada jadwal, sehingga di penyisihan grup semua pemain kami bertemu Thailand, sedangkan pemain Malaysia bertemu Singapura,” ujar dia, mengeluh.
Sementara itu, manajer bulutangkis Indonesia Richardo menilai positif keikutsertaan pemain muda Indonesia kali ini. Menurut dia, para pemain muda Indonesia bisa banyak belajar di turnamen internasional.
“Kendala utama kami adalah jarangnya organisasi bulutangkis Indonesia mengirimkan pemain muda ke level satellite maupun grand prix, sehingga kelihatan sekali kurangnya pengalaman para pemain,” ucap Richardo.
Oleh sebab itu pula manajer Tim Merah-Putih ini berharap di bawah nakhoda baru Joko Santoso, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia akan lebih banyak lagi mengirimkan pemain-pemain muda ke level internasional.
SAFWAN AHMAD (KUALA LUMPUR)