TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum memulai MotoGP 2021, Fabio Quartararo sudah yakin mampu merebut gelar juara dunia musim ini. Balapan di seri MotoGP Emilia Romagna, menjadi pembuktian pembalap asal Prancis itu mempersembahkan titel pertama balap motor di kelas primer untuk negaranya.
Quartararo tak pernah merasa minder meski baru berkecimpung di MotoGP tiga tahun terakhir. Pada Februari lalu, dikutip dari AFP, ia mengatakan, "Saya merasa siap memenangi kejuaraan ini." Ia pun berhasil mengunci gelar juara dunia MotoGP setelah rival terdekatnya, Francesco Bagnaia, terjatuh di Sirkuit Misano.
Pada usia 22 tahun 187 hari, pebalap kelahiran Nice itu menggeser Valentino Rossi sebagai pebalap termuda kedua yang menjadi juara dunia di era MotoGP. Ia hanya kalah dari Marc Marquez, yang merebut titel pertamanya pada usia 20 tahun 266 hari.
Ekspresi pembalap Monster Energy Yamaha MotoGP Fabio Quartararo, saat melakukan selebrasi di atas podium setelah menjadi juara dunia MotoGP setelah balapan di Emilia Romagna Grand Prix di Misano World Circuit Marco Simoncelli, Misano, 24 Oktober 2021. REUTERS/Jennifer Lorenzini
Quartararo membuka musim lalu dengan dua kemenangan sebelum meredup setelah jeda musim. Tahun 2021, ia panas lebih cepat dengan memenangi balapan kedua dan ketiga dan kali ini mempertahankan keunggulannya di klasemen dengan mulus dan terkendali seperti gaya membalapnya.
Kecuali di Barcelona, ketika mendapat penalti tiga detik karena mengakhiri balapan dengan ritsleting baju balap yang terbuka, Quartararo nyaris tak mendapat gangguan berarti. Ia juga sempat mengalami cedera lengan kanannya saat memimpin lomba di Sirkuit Jerez. Saat itu, ia melorot ke posisi ke-13. Setelah menjalani bedah arm pump, ia mampu bangkit.
"Saya tidak mengatakan kepada diri saya sendiri: kita tak lagi favorit," kata Quartararo. "Kami memiliki masalah, kami menjalani operasi dan itu saja. Itu bisa terjadi dan Anda tak kalah di kejuaraan karena satu balapan."
Dia kembali 13 hari kemudian setelah operasi untuk finis ketiga di Le Mans. Dia kemudian menang di Mugello dua pekan berselang. Ketika Francesco Bagnaia memulai menunjukkan kekuatan Ducati dengan untuk memenangi dua balapan secara beruntun, Quartararo juga konsisten menjaga perolehan poinnya.
Ketika Marc Marquez tampil dominan memenangi GP Amerika Serikat di Austin pada Oktober dan meninggalkan lawan-lawannya, Quartararo cukup puas dengan finis sebagai runner-up. Ia merasa puas karena Circuit of the America adalah sirkuit yang tidak disukai. Namun, hasil itu cukup menjaga jarak aman poin di klasemen MotoGP.
"Saya hampir merasa lebih baik ketimbang ketika menang karena kami semakin dekat ke gelar juara," kata Quartararo setelah lomba. "Tujuan saya adalah berada di podium dan saya melakukan itu."
Setelah mengantongi keunggulan 52 poin, Quartararo semakin mantap untuk segera mengunci gelar juara dunia ketika tiba di Misano. Ia berhasil mewujudkannya. Mengawali balapan dai posisi ke-13, ia berhasil meringsek naik ke posisi empat di akhir balapan. Dengan jatuhnya Bagnaia, ia pun mengunci gelar juara dunia musim ini.