"Israel pembunuh, enyahlah dari Palestina," "Allahu Akbar" (Tuhan Mahabesar), diteriakkan para penonton tuan rumah saat Bnei Hasharon, tim asal Israel; dan tim Turk Telekom; muncul dalam pertandingan yang berlangsung di Ataturk Sports Arena, Turki itu.
Para pemain Israel kembali ke ruang ganti setelah sekelompok pemrotes, yang membawa bendera Palestina dan mengenakan kafiyeh (selendang khas Arab), melemparkan uang logam dan pemantik kepada mereka sehingga memaksa polisi menggunakan tongkat untuk mencegah aksi tersebut.
Para penonton kemudian diminta meninggalkan stadion, namun puluhan lainnya menolak dan akhirnya mereka keluar setelah dikelabui oleh sebuah pengumuman palsu yang menyatakan pertandingan dibatalkan.
Wasit segera memanggil kedua tim untuk memulai pertandingan, namun pemain Israel tak muncul ke lapangan. Turk Telecom, yang kini tengah memimpin Grup D, diperkirakan akan mendapat kemenangan tanpa bertanding atas Bnei Hasharon, yang tengah terpuruk di dasar klasemen.
Ratusan pemrotes juga berkumpul di luar arena, meneriakkan yel-yel anti-Israel dan melambai-lambaikan bendera Palestina. Mayoritas dari mereka tak diizinkan masuk ke arena. Sekitar seribu polisi dikerahkan untuk mengamankan pertandingan ini.
Serangan berdarah Israel di Jalur Gaza diperkirakan sudah membunuh 660 warga Palestina, termasuk 215 anak-anak dan 98 perempuan, sejak rezim Zionis, Israel, melancarkan agresi militernya pada 27 Desember.
Ada pun korban tewas di pihak Israel mencapai sepuluh orang. Tujuh serdadu Israel terbunuh selama serangan yang dinamai "Operation Cast Lead" itu, sementara tiga warga sipil juga terbunuh oleh roket-roket yang ditembakkan pejuang Hamas dari Gaza.
AFP | BOBBY CHANDRA