TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia Scott Morrison membuka pintu bagi Novak Djokovic untuk berkompetisi pada Australia Open tahun 2023. Pintunya tetap terbuka meskipun bintang tenis itu menghadapi larangan tiga tahun memasuki negara tersebut usai putusan visanya, Ahad, 16 Januari 2022.
Petenis nomor satu dunia itu meninggalkan Australia pada Minggu malam setelah Pengadilan Federal menguatkan keputusan pemerintah untuk membatalkan visanya. Keputusan tersebut mengakhiri drama Djokovic, yang menolak divaksinasi, saat berhadapan dengan aturan masuk COVID-19 Australia.
Di bawah undang-undang imigrasi, Djokovic tidak bisa mendapatkan visa lagi selama tiga tahun kecuali menteri imigrasi Australia memberikannya dengan alasan yang kuat. "Saya tidak akan mengkondisikan semua itu atau mengatakan apa pun yang tidak memungkinkan menteri untuk melakukan berbagai tindakan yang harus dia lakukan," kata Morrison, dikutip dari Reuters, Senin, 17 Januari 2022.
"Aturan itu memang berlangsung selama tiga tahun, tetapi ada peluang bagi (seseorang) untuk kembali dalam keadaan yang tepat, dan itu akan dipertimbangkan pada saat itu," ujar Morrison menambahkan.
Keputusan bulat oleh tiga hakim Pengadilan Federal memberikan pukulan bagi harapan Djokovic untuk mengejar rekor kemenangan Grand Slam ke-21 di Australian Open. Keputusan itu juga mengecewakan keluarga dan pendukungnya.
Petenis nomor satu dunia itu pertama kali ditahan oleh otoritas imigrasi pada 6 Januari. Ia bebas setelah bandingnya dikabulkan pengadilan pada 10 Januari. Namun, ia kembali ditahan pada Sabtu lalu setelah Kementerian Imigrasi Australia menggugatnya kembali.
Djokovic, 34 tahun, sangat kecewa dengan keputusan itu tetapi dia menghormati keputusan pengadilan. "Saya tidak nyaman karena fokus beberapa pekan terakhir ini ada pada saya dan saya berharap kita semua sekarang bisa fokus pada permainan dan turnamen yang saya sukai," kata Djokovic dalam sebuah pernyataan sebelum terbang meninggalkan Australia.
Petenis Serbia itu, seperti dilaporkan Reuters, mengenakan masker dan berswafoto dengan penggemar di gerbang kedatangan di Dubai saat menunggu rombongannya yang mengikutinya turun dari pesawat. Staf maskapai mengawalnya dengan kereta terminal ke gerbang keberangkatan untuk penerbangan beberapa jam kemudian ke Beogard.
Insiden Djokovic sempat menyebabkan perselisihan antara Canberra dan Beograd. Perdana Menteri Serbia Ana Brnabic menyebut keputusan pengadilan tersebut sebagai skandal.
Adapun Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan bahwa pemerintah telah berhubungan dengan Brnabic selama proses hukum pekan lalu. "Saya benar-benar yakin bahwa hubungan yang sangat positif, hubungan bilateral antara Australia dan Serbia akan berlanjut dengan pijakan kuat seperti saat ini," kata Payne.
Baca juga : Rafael Nadal Lebih Suka Novak Djokovic Tak Bermain di Australia Open, tapi...