TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 2021 adalah tahun milik Viktor Axelsen di arena bulu tangkis dunia. Atlet asal Denmark itu berhasil meraih empat gelar turnamen super series, termasuk gelar BWF World Tour Finals pada Desember lalu.
Axelsen juga berhasil merebut medali emas Olimpiade Tokyo 2020 seusai mengalahkan wakil Cina, Chen Long, pada partai final. Sederet prestasi tersebut membuat BWF memberi anugerah Player of The Year sekaligus menempatkan pemain berpostur 194cm tersebut menjadi tunggal putra nomor satu dunia.
Namun, siapa sangka, pemain kelahiran Odense pernah merasakan masa sulit di awal kariernya. "Saya masih berusia 16 tahun saat banyak orang mulai mengikuti saya," ujar Axelsen, menceritakan pengalamannya usai menjadi pemain Eropa pertama yang memenangi Kejuaraan Dunia Junior pada 2010, dikutip dari The Star.
"Saya mendengar banyak opini soal permainan saya, baik itu opini yang baik maupun yang buruk. Kebanyakan mengomentari tinggi badan saya, yang dianggap kurang cocok untuk bermain di nomor tunggal. Waktu itu, saya masih sangat muda. Semua komentar itu saya telan mentah-mentah," tutur pemain berusia 28 tahun tersebut.
Axelsen lantas membandingkan dirinya dengan pemain-pemain tunggal putra saat itu. Ia sadar atlet dunia saat itu memang tidak memiliki postur setinggi dirinya. "Waktu itu, tak banyak pemain kelas dunia yang setinggi saya. Seingat saya, cuma Bao Chunlai (Cina), Chen Long (Cina), Mohd Hafiz Hashim (Malaysia), dan Park Sung-hwan (Korea Selatan) yang cukup tinggi," ujarnya.
"Saya mencoba mengikuti gaya bermain mereka, namun sering tak berhasil. Saya pun mulai menyalahkan fisik saya. Pada satu titik, saya menjadi terlalu kurus, sampai energi saya habis seusai latihan. Ternyata, menjadi lebih ringan tidak membantu penampian saya," kata Axelsen.
Pemain yang kini tinggal di Dubai tersebut akhirnya memutuskan mengubah pola pikirnya. Ia memilih menerima kondisi fisiknya dan mengubahnya menjadi kekuatan. "Saya selalu berkata kepada diri saya sendiri bahwa ada banyak keuntungan menjadi pemain yang tinggi," kata Axelsen.
"Saya tahu, saya bisa menyulitkan musuh saya jika saya berfokus pada kekuatan saya dan mengatasi kelemahan saya. Saya akhirnya berhenti memikirkan opini orang lain soal permainan saya. Saya cuma berfokus menjadi atlet yang sehat. Jangan biarkan opini orang lain mengganggumu dan berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain," tutur Viktor Axelsen.
Baca juga : Tanpa Vaksinasi, Tidak Ada French Open untuk Novak Djokovic