Bagaimana situasi Covid-19 di Beijing?
Penyelenggara melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan "Olimpiade Musim Dingin yang lancar" yang mereka janjikan.
Bagian dari strategi "tanpa COVID-19" yang ketat adalah pengujian massal dan pembatasan kontak, termasuk penguncian distrik individu atau seluruh kota besar.
Setiap orang yang tiba di Beijing harus diuji sebelum keberangkatan dan pada saat kedatangan dan hanya diizinkan untuk bergerak dalam "sirkuit tertutup."
Tes PCR harian adalah wajib dan hasilnya harus segera diunggah ke aplikasi resmi 'My2022' bersama dengan suhu tubuh dan informasi kesehatan terkini lainnya. Aplikasi ini telah dikritik karena masalah privasi.
Ada juga kekhawatiran terkait tes karena peluang manipulasi dan batas yang menyimpang di Cina. Mereka yang positif, harus pergi ke hotel karantina selama 10 hari tetapi dapat menguji diri mereka sendiri secara gratis dengan dua tes negatif minimal 24 jam terpisah.
"Keselamatan dan kesehatan para peserta adalah prioritas utama kami," kata Zhao Weidong, juru bicara Komite Penyelenggara Beijing (BOC), kepada media, pada hari Selasa.
Sejauh ini Cina belum mencapai target untuk menjaga varian omicron di luar batas negara.
Tapi, terlepas dari tindakan ketat yang diberlakukan karena pandemi, sejumlah kecil warga Cina terpilih, akan diizinkan masuk ke venue untuk mengikuti aksi secara langsung.
Tidak akan ada penonton asing dan penjualan tiket untuk publik di Cina telah dihentikan bulan lalu.
Seberapa ketat pembatasan politis di Olimpiade Beijing?
Sudah lama sejak ada begitu banyak kritik tentang negara tuan rumah menjelang Olimpiade.Bahkan, terakhir kalinya adalah ketika ibu kota Cina menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas pada 2008.
Saat itu, beberapa pihak menginginkan kehadiran Olimpiade itu akan membantu membawa perubahan politik dan membuat Cina lebih terbuka.
Itu tidak terjadi; sebaliknya, sistem politik Cina saat ini tampak lebih ketat dari sebelumnya.
Ada penindasan sistematis terhadap Uighur dan Tibet, oposisi di Hong Kong, telah ditekan, pengawasan teknis di seluruh negeri telah ditingkatkan, dan baru-baru ini ada kekhawatiran tentang kesejahteraan pemain tenis Peng Shuai.
Karena keprihatinan hak asasi manusia seperti itulah, beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris Raya dan Jepang telah mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade ini.
Meskipun Jerman bukan bagian dari boikot diplomatik, Kanselir Olaf Scholz, Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock dan Presiden Frank-Walter Steinmeier telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan melakukan perjalanan ke Beijing selama Olimpiade Musim Dingin.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sisi lain, telah mengumumkan bahwa dia akan berkunjung, bahkan jika negaranya lagi tidak akan secara resmi memiliki tim di sana.
Ini karena pada tahun 2019, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) melarang Rusia dari semua olahraga internasional selama empat tahun, setelah penemuan data yang diberikan oleh Badan Anti-Doping Rusia telah dimanipulasi untuk melindungi atlet Rusia yang terlibat dalam olahraga yang disponsori negara.
Tapi, atlet Rusia tidak dilarang bertanding di Beijing sebagai "atlet netral" di bawah bendera Olimpiade. Putin telah menerima undangan resmi dari Presiden Cina Xi Jinping.
Selanjutnya...