TEMPO.CO, Jakarta - Apa yang istimewa dari pertandingan perdana Formula 1 atau F1 pada 72 tahun silam, 13 Mei 1950? Laga balap itu dihadiri Raja George VI, bersama Ratu Elizabeth, Putri Margaret dan tamu Lord and Lady Mountbatten. Tapi tak cuma itu, di antara 21 peserta balapan, ada Pangeran asal Siam, sekarang Thailand, Birabongse Bhanudej Bhanubandh.
Mengutip laman formula1.com, Pangeran Birabongse Bhanudej Bhanubandh, lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Bira adalah cucu Raja Mongkut. Karena cara Raja Mongkut yang liberal dan progresif, keluarganya menjadi terkait erat dengan Inggris dan pada 1927. Di usianya yang ke 13 tahun, Pangeran Bira dikirim dari Siam untuk menghadiri Eton College. Dia kemudian pergi ke Cambridge sebelum belajar seni pahat di Sekolah Seni Byam Shaw.
Pangeran Birabongse Pembalap Formula 1
Setelah Thailand berubah dari monarki absolut menjadi demokrasi pada 1932, pemimpin Thailand kala itu, Raja Rama VII memutuskan untuk turun takhta dan pindah ke Inggris. Bira tinggal di London di bawah asuhan sepupunya, Pangeran Chula. Pada usia 19, Bira pergi ke Brooklands di mana dia secara khusus dibawa bersama Pembalap Inggris, Kay Petre. Bira tertarik padanya dan memutuskan bahwa cara terbaik untuk mendekatinya adalah dengan berlomba.
Pangeran Chula dan Bira membentuk tim balap, White Mouse Stable atau Kandang Tikus Putih. Nama itu berasal dari nama panggilan Chula, Nou, yang merupakan bahasa Siam untuk tikus kecil. Seekor tikus digambar di mobil Bira untuk menandakan keterlibatan Pangeran Chula. Bira pertama kali membalap di Brooklands pada Maret 1935. Pangeran Chula kemudian menghadiahkannya sebuah ERA (R2B), yang ia juluki Romulus, di pesta ulang tahunnya yang ke-21 di London.
Seminggu berselang, Bira finis kedua di Grand Prix de Dieppe meski harus berhenti karena masalah busi selama balapan. Sebulan kemudian, di Berne, Bira kembali finis kedua dan menyelesaikan musim di posisi kelima di Donington Grand Prix dan ketiga di Donington Grand Prix di Brooklands. Bira memenangkan keduanya di kelas voiturette. Bira memenangkan Coupe de Prince Rainier di Monte Carlo, balapan voiturette sebelum Grand Prix Monaco, dikutip dari grandprix.com.
Mengutip laman Motor Sport Magazine, Bira memenangkan tiga balapan lagi di ERA musim itu: JCC International Trophy, Grand Prix de Picardie dan Albi Grand Prix. Dia berada di urutan kedua setelah Seaman’s Delage di Isle of Man dan finis ke-3 di belakang dua Maserati di Nürburgring. Dia membalap di Maserati di Grand Prix Donington, finis ke-5, dan di Brooklands di mana dia pulang ke posisi ke-3. Dia memenangkan yang pertama dari tiga BRDC Road Racing Gold Stars kala itu.
Pada 1938, tim membeli mobil bekas tipe ERA C dengan supercharger Zoller. Mobil itu dinamai Hanuman, salah satu dewa Siam. Bira memenangkan Coronation Trophy, Campbell Trophy, Light Car Cork Grand Prix, London Grand Prix the Nuffield Trophy, BRDC Road Race dan Siam Trophy. Dia juga finis kedua tujuh kali dan ketiga dua kali dalam perjalanannya ke BRDC Gold Star ketiga berturut-turut.
Sayangnya dia menghancurkan Hanuman dalam kecelakaan latihan di Coupe de la Commission Sportif di Reims-Gueux. Setelah melompat di hutan Le Garenne dia mendarat dengan satu roda di tanah, kehilangan kendali dan terlempar. Hanuman hancur tapi Bira untungnya lolos dengan hanya luka ringan. Selama perang, dengan pendudukan Jepang di tanah airnya, Pangeran Bira dan Chula tinggal di Inggris, pindah ke Cornwall. Bira bergabung dengan Home Guard dan dengan minat dan pengalamannya sebagai pilot pesawat layang, ia menjadi instruktur di Korps Pelatihan Udara, bagian dari RAF.
Bira kembali ke balapan di Chimay pada 9 Juni 1946, finis ke-6 di 8CM. Dia kemudian memenangkan Ulster TT pada 10 Agustus dengan mengendarai Hanuman yang dibangun kembali. Pada 1947 ia meledakkan mesin Romulus berkeping-keping di GP Pau. Kemudian membeli Maserati 4CL baru, memenangkan Grand Prix des Frontières dengan mobil itu Dia juga mendaftar sebagai pembalap di Formula 2 untuk Simca-Gordini, menang di Reims dan piala Manx.
Pada 1948 Pangeran Birabonse melanjutkan balapan Formula 1 dengan Maserati 4CL dan 4CLT/48 dengan beberapa keberhasilan. Bira membalap Maserati untuk Enrico Platé pada 1949, memenangi Grand Prix Swedia dan sejumlah podium. Dia menceraikan Ceril tahun itu. Tetap bersama Platé pada 1950, ia mengambil 5 poin di Kejuaraan Dunia baru. Dia menduduki posisi kelima di Monaco dan keempat di Grand Prix Swiss di Bremgarten, dalam satu tahun yang didominasi oleh Alfa Romeo dari Juan Manuel Fangio, Nino Farina dan Luigi Fagioli.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca: 72 Tahun Lalu Formula 1 Perdana Digelar, Seorang Pangeran Thailand Ikut Balapan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
