TEMPO.CO, Jakarta - Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengatakan bahwa pihaknya telah memulai proses penelitian tentang keterlibatan atlet transgender dalam olahraga. BWF ingin penelitian tersebut membantu federasi membuat kebijakan berbasis fakta dan data.
BWF adalah badan olahraga terbaru untuk melakukan peninjauan pedoman menyusul keputusan badan renang dunia, FINA, yang memilih untuk melarang siapa pun tampil di kompetisi elite perempuan untuk atlet yang mengalami tanda-tanda pubertas laki-laki. Badan Atletik Dunia dan FIFA termasuk di antara badan olahraga yang meninjau kebijakan inklusi transgender mereka.
Pada bulan November lalu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan tidak ada atlet yang harus dikeluarkan dari kompetisi dengan alasan status seorang atlet sebagai transgender. Namun, Komite tak mengeluarkan peraturan untuk menentukan kriteria kelayakan untuk berkompetisi di setiap cabang olahraga.
"BWF saat ini mengikuti kerangka kebijakan transgender pemerintah Inggris sebagai pedoman untuk mengelola ranah ini untuk turnamen nasional dan internasional," kata BWF itu dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters pada Kamis, 23 Juni 2022.
BWF melanjutkan, "Namun, kami mengakui rekomendasi IOC baru-baru ini, dan telah memulai penelitian dan proses penilaian khusus olahraga untuk membuat keputusan berbasis bukti yang relevan dengan bulu tangkis yang adil bagi semua pihak."
Pendukung inklusi transgender berpendapat bahwa belum cukup banyak penelitian yang dilakukan mengenai dampak transisi pada kinerja fisik, dan bahwa atlet elit seringkali merupakan outlier fisik dalam hal apa pun.
Kriteria kelayakan baru FINA menuai kritik dari pembalap sepeda transgender Veronica Ivy. Ia menilai keputusan FINA tidak ilmiah. Kelompok hak asasi LGBT, Athlete Ally, juga menilai kebijakan itu diskriminatif dan berbahaya.
Adapun Brent Nowicki, Direktur Eksekutif FINA, menilai keputusan larangan atlet transgender sudah berbasis sains. "Pendekatan FINA dalam mengeluarkan keputusan ini sudah komprehensif berdasarkan sains dan inklusif, juga yang terpenting, pendekatan FINA menekankan pada keadilan dalam berkompetisi."
Presiden Atletik Dunia Sebastian Coe menambahkan, "jika penilaian itu antara inklusi dan keadilan, kami akan selalu menekankan di sisi keadilan. Bagi saya itu tidak dapat dinegosiasikan."
Selain itu, World Rugby juga sudah melembagakan larangan pemain transgender bersaing di tingkat elit putri sejak 2021. Alasannya adalah masalah keamanan. Badan pengatur hoki, triatlon, dan kano juga akan meluncurkan tinjauan kebijakan inklusi transgender mereka.