TEMPO.CO, Jakarta -Hari di tahun 1992, Susy Susanti dan Alan Budikusuma sumbangkan medali emas pertama bulu tangkis di perhelatan tingkat olimpiade, Olimpiade Barcelona. Ada cerita menarik dibalik perjuangan "Pasangan Emas Olimpiade" ini.
Susy Susanti bangkit dari ketertinggalan untuk mengalahkan pemain Korea Selatan Bang Soo-Hyun saat final tunggal putri. Kemenangan ini juga menjadi emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade.
Dilansir dari laman Olympics, di ajang 30 tahun lalu itu, Alan menyusul pertambahan medali emas setelah mengalahkan Ardy Wiranata di tunggal putra. Ini adalah final pertarungan All Indonesian. Bahkan sebelum itu, pada babak semifinal hanya seorang Thomas Stuer Lauridsen lah yang menyelinap masuk di babak semifinal. Karena Ardy juga melawan Hermawan Susanto.
Semua jagoan Cina dan Malaysia kala itu, gugur. Bahkan Zhao Jianhua yang merupakan unggulan utama yang diperkirakan akan menjegal Ardy di final telah dipecundangi Hermawan saat perempat final.
Majalah Tempo edisi 8 Agustus 1992 mencatat sejarah ini. Lebih lagi, kemenangan Hermawan ini sangat berarti baginya. Dari delapan kali pertandingan Hermawan melawan Zhao Jianhua baru kali itu ia bisa menang.
"Saya selalu mempertahankan irama permainan yang cepat," kata Hermawan seakan menganalisa kunci keberhasilannya.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti dan Alan Budikusuma menghadiri peluncuran official trailer film Susi Susanti Love All di XXI Metropole Cinema, Jakarta, 18 September 2019. Film ini tayang serentak pada 24 Oktober mendatang. TEMPO/Nurdiansah
Dibalik kemenangan Alan, ada usahanya memulihkan prestasi setelah anjlok di perebutan Thomas Cup di Kuala Lumpur. Alan kalah dari atlet Malaysia, Foo Kok Keong.
Lain pula kisah Susy Susanti saat renggut emas Olimpiade Barcelona. Dimana ia mengalahkan Huang Hua dari Cina saat di semifinal, "Kali ini saya main ngotot, maunya menang terus," kata Susy yang mengaku tegang.
Susy terbang ke Barcelona membawa bekal tak lazim. Abon, tempe goreng, dan ikan teri goreng. Diketahui sejak 5 Desember 1991 Susy selalu berdoa di gereja. "Saya mau hari esok lebih baik dari yang sekarang," ungkapnya.
Dalam catatan Tempo di majalah edisi Sabtu, 15 Agustus 1992 perjalanan Susy di tahun itu pun tak semuanya manis. Dalam All England 1992, ia dikalahkan sebelum mencapai final, karena flu.
"Biarlah sekali-sekali kalah. Biar latihannya lebih bersemangat. Kalau menang terus, Susy bakal lalai," kata Risad, ayahanda Susy.
Benar saja, perjuangkan Susy lebih getol, menuju Olimpiade persiapan dirinya lebih gila lagi. Alhasil, di Barcelona Susi berdiri di podium tertinggi, ia meraih emas.
Susy Susanti menangis terharu ketika Indonesia Raya berkumandang di gedung itu, ketika Merah Putih dinaikkan di depannya, walau jauh, jauh dari Tanah Air. Sejarah atlet Indonesia di Olimpiade terukir.
RAHMAT AMIN SIREGAR
Baca juga : Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup