TEMPO.CO, Jakarta - Frances Tiafoe gagal melanjutkan mimpi indahnya di Grand Slam US Open 2022. Berambisi untuk memenangkan gelar di hadapan pendukungnya sendiri di Flushing Meadows, ia justru gagal menghadapi hadangan petenis remaja Spanyol Carlos Alcaraz di babak semifinal yang berlangsung pada Sabtu WIB, 10 September 2022.
Kekalahan itu menghentikan penampilan sensasional Tiafoe sepanjang turnamen."Saya memberikan semua yang saya miliki selama dua pekan terakhir ini. Saya datang ke sini ingin memenangkan AS Terbuka dan saya merasa telah mengecewakan kalian. Yang ini sangat-sangat menyakitkan," kata dia kepada pendukungnya di Stadion Arthur Ashe.
"Hari ini, penampilan bagus dari Carlos. Saya akan kembali dan saya akan memenangkan hal ini suatu hari nanti," ujar Tiafoe menambahkan.
Meski kecewa, Tiafoe mengatakan dia akan meninggalkan Flushing Meadows dengan rasa percaya diri. "Saya membuktikan bahwa saya bisa bermain dengan yang terbaik dan saya mampu memenangkan Grand Slam," kata dia dikutip dari Reuters.
Petenis berusia 24 tahun itu memikul beban harapan yang sangat besar sepanjang kariernya. Ia memenangkan satu-satunya gelar ATP di Delray pada awal 2018 sebelum tampil memukau arena Australian Open. Setahun setelahnya, ia berhasil mencapai babak perempat final di turnamen yang digelar di Melbourne Park.
Dia berjuang untuk bangkit saat mencapai putaran keempat AS Terbuka pada tahun 2020 dan membuat rekor terbaiknya di Grand Slam tahun 2022. "Selama karier saya, saya cukup sporadis. Bermain bagus, tetapi kemudian berbalik arah," katanya.
“Saya selalu mendukung diri saya melawan pemain terbaik di dunia. Saya melakukannya secara konsisten, mulai mengalahkan pemain lain dengan lebih mudah. Saya siap untuk mengambil langkah selanjutnya. Saya menyukai prosesnya dan saya harus melakukan pekerjaan lebih banyak. Saya bekerja lebih cerdas" ujar Tiafoe yang menjadi petenis kluit hitam pertama Amerika pertama yang mencapai semi final US Open sejak Arthur Ashe pada 1972.
"Sangat bangga padanya, sangat bangga padanya. Dia luar biasa. Semoga dia mengambil hal positif dan kembali dan bekerja lebih keras," kata pelatih masa kecil Tiafoe di Junior Tennis Champions Center (JTCC), Komi Oliver Akli, kepada Reuters.
Tiafoe memang dikenal sudah berkecimpung di dunia tenis sejak kecil. Orang tua Tiafoe melarikan diri dari perang saudara di Sierra Leone pada 1990-an dan akhirnya menetap di Maryland, tempat ayahnya bekerja sebagai penjaga di JTCC. Frances dan saudara kembarnya secara teratur bermalam dan berlatih di lapangan.
"Dia selalu memegang raket. Dia selalu berlatih dengan dinding atau dia selalu menonton latihan. Pelatih akan lewat dan memberinya beberapa tip, Anda tahu, tapi dia benar-benar menyukainya," kata Martin Blackman, Manajer Umum Pengembangan Pemain USTA, yang menjadi pelatih di JTCC 2004-2008. Saat itu, Tiafoe sudah berada di sana.
Frances Tiafoe ditawari beasiswa penuh untuk program anak usia di bawah 10 tahun ke bawah untuk menikuti pelatihan. Sebab itulah, Blackman menilai perjalanan karier Tiafoe terbilang mengejutkan. "Ini terobosan besar baginya. Dia melakukan banyak hal," ujar Blackman.
Baca juga : Hasil US Open 2022: Kalahkan Frances Tiafoe, Carlos Alcaraz Hadapi Casper Ruud di Final