“Stop the Match” adalah kata-kata yang ditulis dalam spanduk untuk menggagalkan pertandingan Piala Davis ini. Sementara persiapan matang dari kepolisian Swedia tidak tanggung-tanggung dengan menurunkan 1000 personel.
Unjuk rasa ini sebagai solidaritas kepada Bangsa Palestina yang diserang Israel pada Desember lalu. Namun, sejak awal diumumkan bahwa pertandingan ini tidak akan dibuka untuk umum, sehingga hanya bisa disaksikan oleh kedua tim, ofisial dan wartawan.
Pada pertandingan hari pertama ini, Swedia ditahan imbang Israel 1-1. petenis andalan tuan rumah Thomas Johansson yang pernah merebut grand Slam Australia Terbuka lebih dulu memetik angka untuk tim tuan rumah dengan mengalahkan Harel Levy 6-7 (3/7), 6-4, 7-5, 4-6, 8-6.
Johansson tampil untuk kali pertama sejak cedera otot Oktober tahun lalu. Dia mengaku kecewa dengan pelarangan penonton ini. “Kami tidak senang dengan pelarangan penonton. Jika penonton memenuhi stadion atmosfer juga akan bagus bagi kami,” ujar Johansson.
Hal senada diakui petenis Israel, Levy. “Seperti sedang bermain di turnamen challenger. Bagi tim Swedia tidak mendapat keuntungan karena tak ada dukungan penonton.”
Sementara di pertandingan kedua, Dudi Sela, yang menduduki peringkat 63 dunia, menaklukkan petenis tuan rumah yang belum mempunyai peringkat dunia Andreas Vinciguerra dengan 4-6, 6-3, 3-6, 6-3, 11-9.
Di luar Arena Balistika Hallen, polisi dengan seragam lengkap bahkan sebagian menggunakan pasukan berkuda dan bermobil siaga menghadapi demonstran yang mengancam akan menurunkan 12 ribu pengunjuk rasa.
AFP| DAVIS.COM| NUR HARYANTO