TEMPO.CO, Malang - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan ada beberapa indikasi terjadinya pelanggaran HAM dalam tragedi Kanjuruhan yang terjadi Sabtu malam, 1 Oktober 2022. Peristiwa kericuhan tersebut mengakibatkan 125 orang suporter Arema FC (Aremania) meninggal.
Komisioner Pemantauan/Penyelidikan Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam, mengatakan dari kesaksian beberapa korban dan informasi yang diperoleh memang ada kekerasan terhadap para penonton atau korban.
Fakta terjadinya kekerasan terekam dalam video yang beredar luas melalui media sosial. Bentuk kekerasan yang terlihat jelas antara lain pemukulan dan sabetan oleh petugas dengan memakai tongkat, serta tendangan.
Menurut Anam, bahkan dari potongan video yang bereda di media sosial ada suporter Arema yang sedang berjalan kaki di pinggir lapangan pun terkena kekerasan.
"Ada yang kena tendangan kungfu di lapangan. Nah, kekerasan masih dilakukan aparat keamanan dan itu tidak hanya kami, Komnas HAM, yang melihat, tapi kita semua bisa melihatnya sendiri dari tayangan video itu,” kata Anam dalam jumpa pers di kantor Arema FC, Kota Malang, Jawa Timur, Senin, 3 Oktober 2022.
Anam mengatakan, Komnas HAM sedang menelusuri dan melihat kondisi Stadion Kanjuruhan. Tujuannya untuk memastikan apa yang terjadi dalam kerusuhan di dalam stadion.
“Kami akan menginvestigasi dengan agak dalam anatomi stadion, cerita saat itu, dan pascapertandingan,” ujar Anam, Komisioner Komnas HAM kelahiran Malang, 25 April 1977.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang itu minta dipertemukan dengan para pemain Arema FC. Tim Komnas HAM juga akan mengunjungi rumah keluarga korban dan menjenguk korban di rumah sakit. Tujuannya, agar laporan investigasi Komnas HAM objektif dan kredibel.
“Kalau kasat mata dari video itu, seandainya tidak ada gas air mata, mungkin tidak akan hiruk pikuk (terjadi kerusuhan). Tapi, kami dalami dulu apa pun yang terjadi di Stadion Kanjuruhan,” kata Anam.
Sementara itu, Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana mengatakan manajemen klub sangat kooperatif dan sepenuhnya mendukung proses investigasi yang dilakukan pemerintah maupun pihak lain. “Kami sangat terbuka untuk diinvestigasi. Kami dukung investigasi sampai ke akar-akarnya,” kata Gilang.
Baca: Tragedi Sepak Bola Dunia, Korban Tragedi Kanjuruhan Peringkat Ketiga Disusul Tragedi Hillsborough
ABDI PURMONO