Dia kemudian bertanya apakah ada dua mayat dengan luka tembak di rumah sakit tersebut, kemudian orang yang dikenalnya menjawab, “Ya, tetapi mereka baru saja mengambilnya.”
Dalam laporannya, Castaneda mengatakan bahwa, “Jumlah korban yang diberikan pemerintah tidak mencerminkan jumlah korban yang sebenarnya. Karena itu, ada sebuah kecurigaan kuat tentang pemindahan rahasia mereka (mayat yang tewas oleh peluru)."
Jumlah resmi kematian tragedi Estadio Nacional Peru adalah sebanyak 328 orang meninggal dunia, dan 500 orang lainnya mengalami luka parah. Angka itu kemungkinan itu jauh lebih besar karena banyaknya laporan tentang orang-orang yang meninggal akibat luka tembak.
Dalam sebuah rincian, sebanyak 80 persen dari yang meninggal adalah orang dewasa, sebagian besar dari mereka berusia 18-22 tahun. Sebanyak 10 persen korban adalah anak-anak dan 10 persen lainnya adalah wanita. Berdasarkan data perawatan, diperkirakan sebagian besar korban meninggal karena mati lemas dan trauma pada saat orang-orang berhamburan mencari jalan keluar.
Berkabung Nasional selama Sepekan
Sehari setelah tragedi, tepatnya pada 25 Mei 1964, pemerintah memberikan Dekrit yang berisi mengenai satu minggu berkabung untuk mereka yang telah meninggal. Semua kehiata publik dibatalkan dan kebijakan mengibarkan bendera nasional setengah tiang diberlakukan.
Keputusan untuk mengurangi kapasitas penonton Stadion Nasional Peru juga dilakukan. Kapasitas stadion menjadi 42.000 penonton. Sejak itu, stadion mengalami beberapa renovasi, terutama pada tahun 1992, 1996, 2004, dan 2010.
Selain itu, Jorge Azambuja, komandan polisi yang memberi perintah untuk menembakkan gas air mata, dijatuhi hukuman 30 bulan penjara. Hukuman lainnya diberikan kepada Hakim Benjamin Castaneda. Dia didenda karena terlambat menyerahkan laporannya selama enam bulan, serta gagal untuk mendatangi semua otopsi sebanyak 328 yang seharusnya dia lakukan. Laporannya juga ditolak.
Bagaimana dengan Tragedi Kanjuruhan?
Indonesia juga memiliki sejarah kekerasan dan hooliganisme sepak bola, terutama di pusat kota besar seperti Jakarta. Namun, skala insiden tragedi Kanjuruhan belum pernah terjadi sebelumnya. Kejadian ini termasuk yang terburuk secara global dalam beberapa dekade terakhir. Setelah tragedi Estadio Nacional, Lima, pada akhir 1980-an, sebanyak 96 pendukung Liverpool tewas dalam tragedi Hillsborough di Sheffield.
Polisi berusaha menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam, 1 Oktober 2022. Polda Jatim mencatat jumlah korban jiwa dalam kerusuhan tersebut sementara sebanyak 127 orang. REUTERS TV melalui REUTERS
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD telah membentuk tim pencari fakta independen untuk menyelidiki tragedi Kanjuruhan. Adapun Presiden Joko Widodo telah memerintahkan asosiasi sepak bola negara itu untuk menangguhkan semua pertandingan di liga teratas, yang dikenal sebagai Liga 1.
FIFA telah meminta laporan tentang insiden tersebut. Badan sepak bola dunia tersebut bahkan menggambarkan tragedi itu sebagai hari yang gelap bagi semua yang terlibat di dunia sepak bola.
Pemerintah akan memberikan Rp 50 juta sebagai kompensasi untuk setiap keluarga korban, sementara ratusan orang lainnya yang terluka akan dirawat secara gratis. Ada juga seruan bagi polisi dan organisasi sepak bola untuk merumuskan cara bekerja lebih erat untuk mencegah bencana serupa di masa depan.
FOOTBALL STADIUM | REUTERS | ELCOMERCIO | BBC | DESY ALHAMDIANA PUTRI
Baca juga : Ini Pesan Organisasi Hillsborough untuk Korban Tragedi Kanjuruhan