Jika melihat apa yang telah dicapai keenam tim AFC dalam beberapa Piala Dunia sebelumnya, ditambah bertanding di benuanya sendiri yang merupakan kedua setelah Piala Dunia Jepang-Korea Selatan 2002, Asia bisa saja berbuat banyak dalam Piala Dunia kali ini.
Empat dari enam tim AFC sudah pernah melewati fase grup Piala Dunia, bahkan Korea Selatan mencapai semifinal pada 2002, sedangkan Jepang sudah tiga kali mencapai 16 besar. Arab Saudi dan Australia yang berperingkat FIFA di bawah Iran juga pernah mencapai 16 besar,
Namun Iran yang menjadi tim AFC berperingkat tertinggi dan tengah memasuki Piala Dunia keenamnya tak pernah lolos dari fase grup. Sementara bagi Qatar, 2022 adalah Piala Dunia pertamanya.
Bahkan sebelum kickoff Piala Dunia Qatar, sebagian besar tim-tim Asia telah disisihkan dari berbagai prediksi dengan sudah divonis tak akan berbuat lebih jauh dari 16 besar, bahkan fase grup.
Alasannya macam-macam, tetapi bisa dimengerti, salah satunya komposisi tim mereka.
Qatar dan Saudi Arabia menurunkan skuad yang seluruhnya berasal dari liga domestiknya, padahal ada konsensus dalam sepak bola siapa saja tim yang memiliki banyak pemain yang berasal dari liga-liga kompetitif, khususnya di Eropa, maka mereka itulah yang bisa berbuat banyak dalam Piala Dunia.
Namun empat tim lainnya tidak berkomposisi seperti Qatar dan Saudi. Iran yang berperingkat paling tinggi dan salah satu langganan Piala Dunia dari Asia, menggelarkan skuad yang 13 pemain di antaranya dari klub-klub Eropa, termasuk Samand Ghoddos yang bermain di Liga Inggris untuk klub Brentford dan Sardar Azmoun yang membela Bayer Leverkusen di Jerman.
Australia juga begitu. Sebanyak 16 dari 26 pemainnya bermain di Eropa. Tapi pemain paling menonjol mereka tetap Mathey Leckie yang bermain untuk klub lokal Melbournce City yang memiliki 73 cap dan sudah mempersembahkan 13 gol untuk timnasnya.
Jepang memasukkan tujuh produk lokal, sedangkan sisanya adalah pemain-pemain yang bermain di Eropa, termasuk pemain Arsenal Takehiro Tomiyasu, kapten Maya Yoshida yang bermain untuk Schalke di Jerman, Takefuso Kubo yang kini membela Real Sociedad, dan Takumi Minamino yang mantan pemain Liverpool dan kini andalan AS Monaco di Prancis,
Lebih dari separuh skuad Korea Selatan adalah pemain-pemain klub lokal. Hanya delapan pemain yang bermain di Eropa, termasuk kapten Son Heung-min yang andalan Tottenham Hotspur dan pemain Wolverhampton Wanderers Hwang Hee-chan di Inggris, serta pemain Olympiacos Hwang Ui-jo yang menjadi pencetak gol terbanyak kedua di bawah Son Heung-min.
Itu sudah sedikit jaminan bahwa tim-tim Asia bisa saja berbuat lebih, apalagi seperti pada Piala Dunia 2002, mereka kini bertanding di benua mereka sendiri, siapa tahu ini memberikan energi lebih kepada mereka untuk mencapai level lebih tinggi dari sebelumnya mereka rengkuh.
Sudah meningkat
Kalaupun diremehkan, malah hal itu dijadikan motivasi oleh pemain-pemain Asia untuk membuktikan bahwa mereka bukan pelengkap dalam Piala Dunia, bahwa mereka adalah utusan-utusan terpilih dari negara dan benuanya untuk menunjukkan iklim sepak bola mereka juga tak kalah dari area-area mapan sepak bola, seperti Eropa dan Amerika Selatan.