TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria terpaksa dikeluarkan dari lapangan saat tiba-tiba muncul dan melakukan aksi protes di laga Grup H Piala Dunia 2022 antara Timnas Portugal vs Uruguay di Stadion Lusail, Selasa dinihari, 29 November 2022 waktu Indonesia. Pria tersebut berlari ke tengah lapangan sambil membawa bendera pelangi.
Belakangan diketahui sosok pria yang masuk ke lapangan ialah pria asal Italia, Mario Ferri. Ia djuluki Il Falco (The Falcon) yang memiliki reputasi mengganggu pertandingan lainnya. Menurut CBS Sports, Ferri yang berusia 35 tahun memiliki kontrak dengan klub divisi dua, India United Sports Club, yang berbasis di Kolkata.
Ferri melakukan aksinya beberapa menit sebelum Portugal mengungguli Uruguay 1-0 melalui gol Bruno Fernandes. Dia memegang bendera pelangi (simbol LGBT) dan mengenakan kaos bertuliskan ‘Save Ukraina’ di bagian depan, dan ‘Respect for Iran Woman’ di bagian belakang. Aksi tersebut langsung mendapat tindakan dari tim keamanan yang mengeluarkan Mario Ferri dari lapangan.
Berbicara kepada wartawan setelah pertandingan, gelandang Timnas Portugal Ruben Neves menyatakan amat memahami aksi yang dilakukan Mario Ferri. “Tentu saja kami semua bersama mereka (ikut dalam kampanye). Juga dengan pesan yang ada di kaosnya untuk Iran,”
“Kami berharap tidak ada yang terjadi pada pria itu karena kami memahami pesannya. Dan saya pikir seluruh dunia juga memahaminya,” kata Ruben Neves di Stadium Lusail.
“Kami tahu apa yang terjadi di sekitar Piala Dunia ini. Itu adalah hal normal yang bisa terjadi,” tutur pemain yang memperkuat klub Liga Inggris, Wolverhampton Wanderers itu.
Selama Piala Dunia 2022 berlangsung, pembahasan mengenai hak-hak LGBT+ telah menjadi isu yang sangat kontroversial. Alasannya karena homoseksual adalah tindakan ilegal di Qatar.
Tim-tim Eropa yang awalnya akan mengenakan ban lengan pelangi bertuliskan’One Love’ memutuskan membatalkan niatan tersebut karena FIFA mengancam akan memberikan sanksi kartu kuning. Aksi dari kapten tim-tim Eropa itu merupakan bagian dari dukungan terhadap kampanye kesetaraan dan keberagaman.
Sedangkan aksi yang menyinggung Iran tidak lepas dari kasus tewasnya Mahsa Amini oleh kepolisian Iran. Amini yang merupakan warga Iran berusia 22 tahun asal Kurdi, meninggal usai ditangkap atas dugaan pelanggaran aturan berpakaian bagi perempuan di Teheran, ibu kota Iran.
Baca juga: Prediksi Piala Dunia 2022 Iran vs Amerika Serikat: Jadwal Live, H2H, Ulas Taktik, Perkiraan Pemain
MIRROR | METRO | DESY ALHAMDIANA PUTRI