Menurut Campbell, orang tuanya, Max, telah mengeluarkan dana $ 150 ribu Selandia Baru (Rp 953,4 juta) untuk membiayainya berlaga di Olimpiade Beijing 2008. Max pun harus bekerja dua kali lebih keras untuk menghasilkan uang tersebut. Kini, Campbell merasa sudah saatnya ia harus bergantung pada diri sendiri.
Campbell, 23 tahun, mengatakan kepada Sunday Star Times, Minggu (12/7) dirinya telah membuka sebuah kelab pria kelas atas bersama temannya di Auckland. Campbell berharap rumah prostitusi tersebut bisa menghasilkan untung sebesar $ 300 ribu Selandia Baru (Rp 1,9 miliar).
Meski membuka rumah prostitusi, Campbell menegaskan dirinya bukan seorang pelacur. Menurut Campbell, dia dan rekan bisnisnya, Hugo Phillips, mempekerjakan gadis-gadis 'cerdas dan menarik'. Di Selandia Baru, prostitusi yang berizin diperbolehkan.
Orang tua Campbell mendukung penuh upaya anak mereka membuka rumah prostitusi. Akan tetapi, selain berdasarkan prestasi, pemilihan atlet untuk Olimpiade kabarnya juga dari kemampuan si atlet menjadi contoh bagi pemuda-pemudi di Selandia Baru.
Pada Olimpiade Beijing 2008, Campbell masuk ke posisi 16 besar taekwono kelas bulu. Campbell dikalahkan peraih medali perunggu dari Taiwan, Sung Yu-chi.
Ini bukan pertama kali dalam sejarah Olimpiade seorang atlet terkait dengan pelacuran. Pada 1999, pembalap sepeda Nicole Tasker tampil di sebuah kelab bugil di Auckland untuk mengumpulkan uang.
TIMES ONLINE| KODRAT SETIAWAN