TEMPO Interaktif, Bahasa Inggrisnya masih terbata-bata. Ji Eun-hee mengungkapkan kegembiraan kepada para wartawan yang mengerumuni pegolf dari Korea Selatan itu. Di Bethlehem, Pennsylvania, gadis berusia 23 tahun tersebut memenangi salah satu turnamen mayor bergengsi, Amerika Terbuka, Minggu pekan lalu.
"Saya sebelumnya tak pernah memimpikan hal ini, tapi, ya, saya sudah melakukannya," kata Ji melalui penerjemah. "Saya kira ini momen termanis yang tak terlupakan dalam hidup saya."
Untuk kesekian kalinya dalam dua tahun terakhir, pegolf Korea Selatan menunjukkan kegemilangannya. Tahun lalu mereka memboyong tiga dari empat gelar turnamen mayor yang ada. Tahun ini, sampai pekan lalu, pegolf perempuan Korea merebut enam gelar tur Asosiasi Golf Profesional Wanita (LPGA) dan tiga di antaranya secara berturut-turut.
Tiga yang terakhir itu adalah kemenangan Shin Jiyai pada Turnamen Wegmans, sukses Yi Eunjung pada Jamie Farr Owens Corning Classic, dan keberhasilan Ji pada Amerika Terbuka. Ji menjadi pegolf Korea keempat yang sukses di Amerika Terbuka setelah Pak Se-ri (1988), Birdie Kim (2005), dan Park In-bee tahun lalu.
Di daftar ranking dunia, Lorena Ochoa (Meksiko) dan Yani Tsen (Taiwan) memang masih berada di peringkat pertama dan kedua. Tapi lihatlah pada daftar pengumpul uang hadiah terbanyak. Di sana bertengger Shin Jiyai pada posisi pertama dengan uang US$ 1.077.451 (hampir Rp 11 miliar). Rekannya, Kim In-kyung, Ji Eun-hee, Kim Song-hee, dan Choi Na Yeon, masing-masing berada di posisi ke-3, ke-5, ke-11, dan ke-14.
Separuh dari 24 ranking teratas dunia berasal dari Negeri Ginseng. Delapan dari 16 peserta yang masuk ke putaran final Amerika Terbuka dari Korea pula. Secara keseluruhan, 47 pegolf wanita Korea meruah di berbagai tur LPGA tahun ini.
Ancaman invasi dari Asia, terutama dari Korea, itu sudah ditengarai oleh para pegolf veteran asal Australia sekitar lima setengah tahun lalu. "Pegolf Asia sedang membunuh tur kami. Mereka tanpa ekspresi, mereka menolak berbahasa Inggris," kata salah seorang dari mereka.
Meski golf adalah olahraga individual, sosialisasi di antara para atletnya terkenal kental, bahkan sampai keluarga mereka. Pegolf Korea Selatan, seperti Ji, gagap berbahasa Inggris. Kendala ini menjadi masalah saat mereka bersosialisasi dengan pegolf dari Amerika atau Eropa.
Masalah ini menjadi serius bagi LPGA karena keterkaitan dengan masalah sponsor. Konferensi pers yang sepi karena sang narasumber tak bisa berbahasa Inggris bisa mengurangi daya jual golf.
Komisioner LPGA Carolyn Bivens sempat mengeluarkan aturan melarang pemain yang tak bisa berbahasa Inggris pada tahun kedua keikutsertaan mereka di tur. Dua pekan setelah dinyatakan, tahun lalu, Bivens mencabut pernyataannya karena mendapat serangan dari banyak pihak.
Sebagai gantinya, LPGA merancang beberapa program pelatihan bahasa Inggris bagi mereka yang belum lancar. Semua pegolf Korea ikut dalam program itu. Meski, seperti Ji, mereka tetap tak lancar berbahasa Inggris.
Menurut seorang wartawan dari JNA Golf, yang terbit di Seoul, sebenarnya pangkalnya ada pada kultur. "Beberapa pemain Korea sangat malu dan merasa tidak nyaman berbahasa Inggris di depan media. Dalam kultur Korea, kami tidak suka berbicara di depan publik atau di depan media. Kami selalu ingin menjadi sempurna. Bila tidak, kami takut untuk mengatakan apa pun."
Atlet wanita Korea lebih suka berkumpul dengan orang tua mereka, yang mendampingi melewati tur, saat senggang. Bila tidak, mereka berkumpul dengan sesama atlet Korea.
Bukan berarti mereka anti terhadap orang lain atau bahasa lain. Yoora Kim, misalnya, selalu memasang iPod di telinganya saat bertanding. Isinya pelajaran bahasa Inggris. Beberapa yang lain memutar film Hollywood dengan menutup terjemahan bahasa Korea yang ada di bawah layar.
"Salah seorang atlet mengatakan kepada saya bahwa dia belajar bahasa Inggris dari mendengarkan syair-syair lagu rock dari Korn," kata Lisa Mickey, manajer komunikasi Duramed Futures Tour dari LPGA.
Sekitar 30 atlet golf wanita Korea berkumpul di yayasan sosial Ronald McDonald House di Toledo, Ohia, tiga pekan lalu. Chung Il-mi dan Park In-bee membersihkan rumah 14 kamar yang digunakan untuk menampung anak-anak miskin pengidap kanker itu. Birdie Kim dan Meena Lee juga. Dan Jeon Jang membawa brownies buatannya sendiri untuk anak-anak.
Tuduhan asosial kepada pegolf Korea mentah karenanya. Dan, di lapangan, poin-poin dari eagle serta birdie toh memang tak membutuhkan bahasa apa pun, termasuk bahasa Inggris. Korea Selatan kini yang terbaik.
BERBAGAI SUMBER | ANDY M