Nadal, yang kini bertengger di peringkat ketiga ATP, mengatakan Juni lalu bahwa ia telah bertarung untuk pulih dari cedera lututnya selama sembilan bulan dan absen selama 10 pekan. Itu sebelum dirinya kembali tampil di ajang Montreal Masters bulan ini.
Petenis kelahiran Real Mallorca itu menyerah di angan petenis Argentina Juan Martin del Potro pada babak delapan besar. Namun, penampilannya sedikit terangkat ketika lolos ke babak semi final namun harus menyerah di tangan petenis Serbia Novak Djokovic.
Nadal menuturkan rasa sakit di lututnya telah hilang. Ia mengaku permainannya semakin bagus dan berharap tampil di final grand slam tahun ini ketika tampil di AS Terbuka.
“Usia Nadal masih muda dan mempunyai peluang pulih lebih besar. Saya pikir performanya akan kembali moncer di AS Terbuka sepanjang cedera lututnya tak bermasalah,” ujar Anthony Luke, Profesor dan Direktut di klinik Primary Sports Medicine di Universitas California, San Francisco, Rabu (26/8).
Luke menambahkan cedera lutut yang dialami Nadal adalah cedera yang biasa diterima atlet tenis. Aktifitas kaki yang berlari dan berhenti membuat atlet mendapat cedera. Ini juga sering dialami atlet basket dan atletik khususnya dalam lomba lompat.
Menurut Luke, gaya bermain Nadal yang mengandalkan kekuatan dan atletisisme berbeda denga nrival abadinya Roger Federer. Raja tenis dunia itu, menurutnya lebih mengandalkan keseimbangan yang di lain pihak akan membawa risiko bagi Nadal.
“Rafael Nadal bertanding dengan kekuatan murni dan tampil 100 persen dengan intensitas dalam setiap pertandingan. Ia mengambil risiko cedera dengan gaya permainannya khususnya pada tendon lututnya,” tegas Luke.
REUTERS | BAGUS WIJANARKO