“Saya senang bisa mendapatkan penghargaan seperti ini, jerih payah saya sangat dihargai. Saya berterima kasih untuk itu,” kata Markis dalam acara serah terima rumah barunya di Kompleks Perumahan Vania Permata Bintaro, Tangerang, Rabu (14/10).
Markis berharap bentuk penghargaan seperti ini bisa memacu semangat atlet lain dan para juniornya di bulutangkis untuk meraih prestasi. “Mereka tentu akan lebih konsentrasi pada latihan dan tidak perlu memikirkan hal lainnya.”
Kegembiraan yang sama juga tampak di wajah Hendra saat ia menerima kunci rumah dari Ketua Pembina Yayasan Jaya Raya, Ciputra. Hendra tampak antusias ketika diberi kesempatan melihat bagian dalam rumah barunya. “Ini investasi saya di masa depan,” katanya sambil tertawa.
Namun ia masih bingung ketika ditanya apakah akan segera menempati rumah barunya itu atau tidak. “Saya belum tahu, sekarang saya masih di asrama (pelatnas), mungkin setelah saya selesai baru bisa ke sini atau anggota keluarga dulu yang nempatin,” kata dia.
Ciputra mengatakan hadiah rumah itu merupakan bentuk penghargaan kepada para atlet yang meraih prestasi untuk negaranya di ajang internasional seperti Olimpiade. “Para juara itu punya mental ulung, mereka bukan orang main-main,” kata dia.
Menurut Ciputra, pemberian penghargaan semacam rumah kepada para atlet merupakan hal yang penting. Atlet sangat disibukkan oleh jadwal latihan dan pertandingan sehingga tidak sempat lagi memikirkan hal lain untuk masa depannya. “Perhatian pada para peraih juara seperti ini setelah karirnya selesai lebih berharga daripada pemberian uang,” kata dia.
Para atlet pun tidak mungkin menjadi pegawai biasa setelah kariernya selesai. Ciputra mengharapkan atlet tidak hanya mendapatkan pelatihan olahraga tapi juga pendidikan untuk mandiri. “Karena harkat dan martabat para peraih juara itu sudah terlalu tinggi untuk jadi pegawai biasa.”
Markis dan Hendra yang sama-sama berasal dari klub PB Jaya Raya itu masing-masing mendapatkan rumah yang nilainya diperkirakan mencapai Rp 600 juta. Rumah yang berisi tiga kamar tidur itu berdiri di atas lahan sekitar 170 meter persegi. Karena mereka pasangan ganda, rumah keduanya pun dibangun berdampingan.
Hendra hanya tertawa ketika ditawari usul memasang net di pagar pembatas rumahnya agar bisa bermain bulutangkis satu lawan satu dengan Markis tiap pagi ketika mereka pensiun nanti. “Bisa jadi seperti itu,” kata Hendra.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA