TEMPO Interaktif, Tangerang — Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng menyebut Lukmanul Hakim, 40 tahun, wartawan Republika yang meninggal dunia di Laos saat meliput Sea Games, gugur dalam menjalankan tugas.
Selain bersedih dan terharu hingga berurai airmata, Andi juga merasa bangga dengan mendiang karena hingga menghembuskan nafas terakhir mendedikasikan hidupnya untuk pengabdian dalam menjalankan tugas kewartawanan.
“Atas nama pemerintah Indonesia, saya menyampaikan duka cita mendalam, sekaligus bangga. Almarhum selain meliput juga menjadi kontingen Merah Putih, sebab selain atlet, warga Indonesia di Laos yang hanya 75 orang termasuk sekitar 23 wartawan menjadi suporter untuk kemenangan kontingen Indonesia,” ujar Andi dalam sambutan dan penyerahan jenazah Lukmanul di Bandara Soekarno-Hatta Minggu, (13/12) siang.
Andi mengatakan, mengenal Lukmanul semasa hidupnya sebagai wartawan yang ceria. Bahkan meski sakit, Lukmanul masih tetap mewancarai atlet yang sedang berjuang merebut emas.
“Saya katakan kepada seluruh atlet bahwa ada yang lebih berharga selain emas, adalah perjuangan sampai titik darah penghabisan dalam bidang apa pun. Dan meninggalnya Lukmanul menjadi semangat bagi seluruh atlet,” kata Andi.
Andi juga menyampaikan atas nama pemerintah sudah berupaya yang terbaik untuk memulangkan jenazah ke Tanah Air. Mendiang meninggal dunia pada Jumat (11/12) petang sekitar pukul 17.30 WIB, saat mengetik berita di sebuah warung internet tak jauh dari tempat menginap.
“Saat ditemukan rekan sesame wartawan dalam keadaan tertunduk di atas keyboard, setelah berusaha dibangunkan tidak ada respons, kemudian dibawa ke Rumah Sakit Mittaphap di Viantiane, namun kondisinya sudah meninggal dunia,” kata Andi.
Andi bersyukur komunitas masyarakat muslim Campa dan para wartawan dan KBRI Laos ikut membantu mengurus jenazah dan menyhalatkan di masjid. Jenazah Lukmanul kemudian dibawa keluar dari Laos dan diinapkan di Bangkok. Dari Bangkok, jenazah dipulangkan ke Jakarta dengan pesawat Thai Airlines TG 433, dengan diantar langsung Menpora dan istrinya.
Di Bandara Soekarno-Hatta, ratusan teman sejawat almarhum dari Harian Republika yang mengenakan kaos hitam dan celana hitam tanda duka cita, teman-teman wartawan cetak dan elektronik, istri dan keluarga Lukmanul menyambut jenazah Lukmanul.
Jenazah sebelum diserahterimakan dari Pemerintah Indonesia ke Harian Republika dikawal dengan iringan kalimah Lailahailallah. Istri almarhun, Erlina Widiastuti tampak shock dan nyaris pingsan. Sementara, kedua anak mendiang, Fiqih Imanul Haq, 9 tahun, dan Steyna Luknafa Hakim justru tampak tabah menyaksikan jenazah ayahandanya yang diselimuti bendera Merah Putih dan karangan bunga.
Selain Menpora, mantan Ketua KONI Agum Gumelar juga hadir. Agum menyatakan cukup kehilangan almarhum. “Almarhum adalah wartawan yang ceria yang saya kenal, saya merasa kehilangan, semoga keluarga selalu sabar. Dia pahlawan, gugur dalam menjalankan tugas,”ujar Agum.
Pemimpin Redaksi Republika, Ikhwanul Kiram menyatakan akan mengabadikan nama Lukmanul Hakim sebagai nama penghargaan bagi wartawan di Republika. Dia mengatakan, sebelum meliput Sea Games Laos, Lukmanul ditugaskan meliput tur sepeda Jakarta-Bali.
“Sebenarnya yang kami tugaskan ke Laos bukan dia (Lukman), tetapi karena namanya telah teregister di KONI, dia ngotot berangkat. Tapi ini semua takdir. Semoga dia fisabillilah, pahalanya tiada lain surga,” kata Ikhwanul dengan suara bergetar.
Erlina, itri Lukmanul mengatakan kalau suaminya tidak pernah mengeluh lelah atau pun sakit. “Dia kena jantung belakangan ini, sebelumnya memang gula darah. Saya selalu ingatkan agar minum obat. Pada hari Jumat sebelum meninggal dia bilang agar saya menjaga anak-anak, kesehatan dia mulai pulih," ungkap Erlina dengan wajah berduka.
Rencananya seusai diupacarakan di kantor Republika, jenazah Lukmanul akan dimakamkan di kampung halaman istrinya, di Cilongok, Purwokerto, Jawa Tengah.
Lukmanul Hakim, dialmamaternya, Universitas Diponegoro Semarang, pria kelahiran Semarang ini akrab disapa Boim. Ia dikenal aktif mengelola majalah pers Hayamwuruk. Masuk Republika melalui Biro Semarang pada 2001 setahun kemudian pada 2002 pindah ke kantor pusat di Jakarta.
Laporan terakhir almarhum yang dimuat di Harian Republika adalah tulisan berjudul "Menembak Bikin Kejutan".
Sebelum berangkat ke Laos, Lukmanul sempat ber-SMS kepada Asisten Redaktur Rakhmat Hadi Sucipto. Isinya berbunyi "Bos, besok aku jadi berangkat ke Sea Games, tapi tak paksain banget. Aku sebenarnya harus opname karena serangan jantung, tapi bagaimana lagi tak bisa digantikan. Mohon doa restu moga-moga sehat."
Ikhtiar sudah dilakukan, namun jika Allah SWT berkehendak, kematian di mana pun tempatnya jika saatnya tiba dia akan datang. Selamat jalan kawan. Selamat jalan jurnalis sejati.
AYU CIPTA