Hasil studi, yang dikeluarkan pada Senin oleh dua peneliti Victor Stango dan Christopher Knittel, memberi perkiraan kerugian dalam hal pemasaran nilai pada sponsor yang di bawa Woods. Kerugian itu didapat para sponsor setelah skandal seks yang dilakukan pria 33 tahun itu menyeruak setelah mendapat insiden tabrakan mobil di luar kediamannya di Florida pada 27 November.
Dalam studinya, kedua profesor menyatakan mereka melihat pada pasar saham yang kembali bergairah setelah 13 penjualan setelah insiden 27 November. “Kami memprediksi para pemegang saham dari perusahaan yang mensponsori Tiger Woods merugi Rp 113 triliun setelah insiden tabrakan mobil, berhubungan dengan perusahaan sponsor yang tidak mendukungnya,” kata kedua profesor yang menambahkan bahwa jutaan pemegang saham merugi akibat skandal seks Woods, Rabu (30/12).
“Analisa kami menjelaskan sementara status selebritas Tiger Woods masih tinggi, resiko turunnya tak terbantahkan,” kata Stango, profesor di Sekolah manajemen UC Davis.
Kedua profesor itu membandingkan studi dengan pemasukan para sponsor Woods dengan total pasar saham dan kompetitor. Mereka juga mempelajari pemasukan sponsor empat tahun sebelum insiden tabrakan mobil untuk membangun gambaran pembanding dari kinerja para sponsor di pasar.
Studi ini menganalisa para sponsor yang mendanai Woods di mana harga sahamnya tersedia, dalam beberapa kasus dari harga perusahaan induk. Sponsor-sponsor itu meliputi; AT&T, sponsor Wood sdi PGA Tour Golf (Electronic Arts), Gillette (Proctor and Gamble), Nike Gatorade (PepsiCO), TLC Laser Eye Centers.
Di atas semuanya, perusahaan Knittel dan Stangol menyimpulkan bahwa skandal seks Woods mengurangi uang di perusahaan sponsor 2,3 persen atau sekitar Rp 113 triliun.
REUTERS | BAGUS WIJANARKO