TEMPO Interaktif, Melbourne – Rumput di lapangan tenis Wimbledon sudah mulai tipis pada akhir Mei 2008. Saat itulah, Justine Henin yang menduduki peringat pertama dunia memutuskan untuk gantung raket. Semuanya terhenyak. Namun ada pula yang sanksi, bahwa ini hanya sementara.
Kini lapangan rebound ace Rod Laver Arena akan menjadi bukti bahwa Henin telah kembali dan langsung berjaya, setelah absen selama 20 bulan dari berbagai turnamen. Kisah luar biasa. Pasalnya, ratu tenis Belgia ini tak butuh waktu lama dari posisi nol kembali merebut posisi puncak.
Serena Williams, yang akan menjadi lawan tandingnya di final Australia Terbuka Sabtu (30/1), pun takjub dengan kembalinya Henin. “Luar biasa,” ucapnya. Bayangkan, hanya dua turnamen yang diikuti Henin, sebelum mencapai partai puncak di Melbourne Park.
Akhirnya pertemuan Henin dan Serena pun terjadi. Sejarah mencatat, keduanya telah berhadapan 13 kali di berbagai turnamen. Serena unggul kemenangan tujuh banding enam. Dalam sejarah pertemuan itu, keduanya berjumpa di partai final sebanyak empat kali, di Miami (2007), Charleston (3002), Roma dan Berlin (2002), yang masing-masing imbang dengan menang dan kalah dua kali. Sedangkan di turnamen Grand Slam, Henin unggul 4-2.
"Aku sadar bahwa ini adalah luar biasa," ucap Henin. "Aku tidak akan pernah berpikir bahwa ketika aku sampai di pesawat saya akan di sini, di final Australia Terbuka."
Baik Henin maupun Williams mempunyai kemampuan fisik dan mental untuk bisa bermain reli dan cepat di lapangan. "Dia adalah juara sejati," kata Henin kepada Williams. "Benar-benar pejuang. Tidak pernah menyerah ... Saya pikir kita saling menghormati untuk banyak hal. Kami berdua pejuang. Kami ingin menang. Dan saya pikir mungkin kita saling membantu untuk menjadi lebih baik."
Sedang Williams, mengaku persaingan dengan Henin cukup baik. "Saya berpikir bahwa kita berdua bermain dengan hati. Saya rasa itulah yang menciptakan persaingan yang baik."
Keunggulan Serena dari Henin, dia telah memenangi empat gelar Grand Slam baik lapangan keras, tanah liat, maupun rumput. Ini menjadi superioritas bagi petenis berusia 28 tahun ini. Apalagi di Melbourne Park, dia kini menjadi juara bertahan.
Sedangkan Henin, dengan melesatnya dia sampai ke final terlihat dari kondisi fisiknya yang terlihat bugar. Inilah faktor lain, yang oleh Henin disebutnya sebagai “kesegaran” mental dan fisik telah datang kembali setelah 20 bulan absen dari WTA Tour. Sepanjang perjalanan di Australia Terbuka ini, dia bermain dengan lebih kuat dan agresif, kombinasi kecepatan dan kekuatan pukulan -- bahkan pukulan backhand dengan satu tangan.
"Aku tidak bisa menunggu final," kata Henin. "Ini lebih dari sebuah mimpi. Aku tidak ingin menjadi orang lain pada hari Sabtu nanti, karena tantangan yang dihadapi adalah petenis Nomor Satu di dunia. "Aku suka berhadapan dengan hal yang sulit.”
BERBAGA SUMBER| NUR HARYANTO
Perjalanan Serena Williams ke Final:
28-01-2010 Semi Final Serena Williams - Na Li 7-6 7-6
27-01-2010 Perempatfinal Serena Williams - Victoria Azarenka 4-3 7-5 6-6
25-01-2010 1/8 Serena Williams - Samantha Stosur 6-2 6-6
23-01-2010 1/16 Serena Williams - Carla Suarez Navarro 6-4 6-0
21-01-2010 1/32 Serena Williams - Petra Kvitova 6-6 6-6
19-01-2010 1/64 Serena Williams - Urszula Radwanska 6-3 6-3
Perjalanan Justine Henin ke Final:
28-01-2010 Semi Final Justine Henin - Jie Zheng 6-2 6-7
26-01-2010 Perempatfinal Justine Henin - Nadia Petrova 7-6 7-4
24-01-2010 1/8 Justine Henin - Yanina Wickmayer 7-6 1-0 6-2
22-01-2010 1/16 Justine Henin - Alisa Kleybanova 3-2 6-6 6-7
20-01-2010 1/32 Justine Henin - Elena Dementieva 7-5 7-6
18-01-2010 1/64 Justine Henin - Kirsten Flipkens 6-4 6-3