Meski berstatus sebagai unggulan utama, Wozniacki harus melawan Peer di lapangan khusus yang lebih sedikit daya tampungnya. Para penonton yang menyaksikan pertandingan ini diperiksa secara ketat. Penjaga keamanan juga bertebaran di mana-mana untuk menjaga keamanan Peer.
Dengan perlindungan keamanan yang memadai, mantan tentara perempuan Israel itu tampil fokus dan mendominasi di set pertama. Ia mampu menguasai lapangan dengan penempatan bola yang baik, terutama melalui pukulan-pukulan backhandnya yang sangat terarah.
Wozniacki sempat berjuang keras di set kedua. Ia berhasil memaksakan pertandingan menuju ke game kesepuluh setelah sukses menyamakan kedudukan 5-5 dan sempat menghasilkan tiga match point. Tetapi setelah melalui permainan reli yang panjang, Peer berhasil menutup pertandingan dengan pukulan forehandnya yang keras dan terarah.
“Ini berbeda, sungguh. Di lapangan utama bisa untuk bermain lambat sementara di lapangan ini lebih cepat, tetapi aku bisa memahaminya untuk alasan keamanan,” kata Wozniacki mengomentari kekalahannya. Selain karena faktor lapangan, cuaca panas juga menjadi penyebab tidak maksimalnya penampilan remaja berusia 19 tahun itu.
Wozniacki memuji penampilan Peer. Petenis peringkat ke-22 dunia itu dinilainya bermain bagus, terutama dalam memainkan irama. “Dia bermain bagus hari ini. Dia mampu mengubah irama, lalu menyerang dengan bola-bolanya. Aku sebenarnya punya kesempatan, khususnya di set kedua, tetapi aku gagal memanfaatkannya,” ujarnya.
Bagi Peer, petenis kelahiran Jerusalem berusia 22 tahun, kemenangannya ini merupakan pembalasan setelah dijungkalkan Wozniacki di babak ketiga grand slam Australia Terbuka bulan lalu. Saat itu, Wozniacki mengatasi Peer 6-4, 6-0.
Pada pertandingan lain, unggulan ketujuh asal Polandia, Agnieszwa Radwanska, juga memastikan melaju ke babak perempat final setelah lawannya, Flavia Pennetta asal Italia, mengalami cedera di set kedua pada kedudukan 6-3, 6-0.
SKY/REUTERS/ARIS M