Hasil prestasi buruk ini menjadi kelanjutan dari kegagalan di kejuaraan All England pekan lalu. Piala All England yang menjadi idaman Taufik gagal diraih setelah ditakluk musuh bebuyutannya, pemain Denmark Peter Hoeg Gade, dalam pertandingan tiga set yang berlangsung sengit dengan skor 22-20, 20-22, 20-22.
Dionysius Hayom Rumbaka, pemain muda yang berasal dari klub PB Djarum, juga mengalami nasib serupa. Hayom harus mengemasi raketnya setelah ditaklukkan pemain Cina yang menjadi unggulan delapan Chen Long setelah berjuang tiga set selama satu jam.
Setelah kalah di set pertama dengan skor 21-12, Hayom berusaha bangkit dan bermain dengan gigih sehingga mampu mencuri kemenangan di set kedua dengan skor 21-17 dan memaksa rubber set. Namun, di set ketiga Hayom akhirnya menyerah dengan skor 21-15.
Dengan kekalahan dua tunggal putra di babak kedua ini, maka tidak ada lagi pemain Indonesia yang tersisa. Sebelumnya, dua pasangan ganda putra Indonesia Markis Kido/Hendra Setiawan dan Alvent Yulianto Chandra/Hendra Aprida Gunawan gugur di babak pertama. Selain itu, tunggal putri Maria Febe Kusumastuti juga gagal melewati babak pertama.
Dalam catatan sejarah, tidak banyak pebulutangkis Indonesia yang bisa menjadi juara di Swiss Terbuka. Tunggal putra Indonesia yang pernah menjadi juara Swiss Terbuka, yaitu Joko Suprianto (1992), Fung Permadi (1993), dan Marleve Mainaky (2002). Untuk tunggal putri yang pernah menjadi juara Swiss, yaitu Yuliani Santoso (1993), Cindana Hartono Kusuma (1999).
Sedangkan di nomor ganda putra, baru dua pasangan yang pernah meraih piala Swiss Terbuka, yaitu Flandy Limpele/Eng Hian (2003) dan Chandra Wijaya/Sigit Buadiarto (2005). Untuk ganda putri dan ganda campuran belum ada yang berhasil menjadi juara.
RINA WIDIASTUTI