"Program PAL yang sebelumnya berisi sport science itu sudah berjalan baik, kenapa sekarang belum dimmulai, padahal Asian Games 2010 tinggal lima bulan lagi,” kata Harli Ramayani, pelatih loncat indah, di kantor Mennegpora, Senayan, Jakarta, Jumat (30/4).
Harli mengaku bingung karena harus mengurusi semua keperluan atlet, seperti nutrisi, latihan fisik, dan lain-lain. Padahal, program sebelumnya sudah disediakan ahli khusus yang membantu menangani permasalahan di luar teknik latihan. “Pelatih mampu mengurusi tetapi tidak ahli,” kata Harli.
Edy Hartono, pelatih biiliard mengaku tidak keberatan dengan perubahan nama PAL menjadi PRIMA asalkan program PAL yang sudah dipahami atlet dan pelatih dilanjutkan bahkan ditambah lagi. Saat ini, Edy mengaku gelisah karena program PRIMA belum jelas bagaimana teknisnya padahal sisa waktu Asian Games tinggal dekat dan atlet dituntut untuk meraih emas. “Ini aspirasi kami,” kata Edy.
Krisno mengaku selama ini informasi mengenai program PRIMA, ia dapat dari media cetak maupun televisi. “Masih membingungkan,” kata atlet andalan cabang judo. Krisno menilai program sport science dari PAL dulu sangat membantu dia ketika maju ke SEA Games kemarin. Dalam kondisi cidera kaki tetap bisa maju dan meraih emas.
Menurut Harli, atlet itu perlu “disayang” karena mereka telah berkorban untuk berlatih serius dengan resiko cidera. Cara menyayangi atlet, kata Harli yaitu dengan menyediakan fasilitas penunjang yang mereka butuhkan sehingga nyaman dalam berlatih.
Kedatangan para atlet dan pelatih menemui Ivana, merupakan salah satu langkah untuk menyuarakan aspirasi mereka kepada Mennegpora Andi Alifian Mallarangeng dan ketua KONI Rita Subowo melalui Ivana yang dianggap sebagai atlet senior sekaligus mantan pelatih nasional.
Ivana berjanji akan menyampaikan uneg-uneg atlet dan pelatih kepada Andi maupun Rita agar segera direspon. “Kita lihat perkembangan dalam waktu seminggu ini, apabila belum ada tindakan, saya akan mempertemukan dengan Pak Andi,” kata Rita.
RINA WIDIASTUTI