“Kita punya kans juara, di tunggal ada saya dan Sony yang masih siap bersaing, di sektor ganda kita didukung pemain ganda yang kuat, seperti Kido, Hendra, dan Alvent,” kata pemain yang tidak pernah absen memperkuat tim Thomas lima kali, sejak tahun 2000 hingga sekarang.
Taufik merupakan pemain paling senior di tim Thomas. Satu dekade lalu, Taufik bersama tim Thomas yang terdiri dari Hendrawan, Marlev Mainaky, Haryanto Arbi, Candra Wijaya, Tony Gunawan, Ricky Subagdja, Rexy Mainaky, Sigit Budiarto, dan Antonius, berhasil memboyong Piala Thomas setelah menumbangkan Cina 3-0.
“Kenangan itu akan menjadi motivasi bagi tim untuk bisa juara lagi di sana,” kata Taufik yang juga pernah menjadi juara Malaysia Terbuka di tahun 2000.
Agus Dwi Santoso, pelatih tunggal putra Cipayung berharap pengalaman sukses Taufik bersama tim Thomas di Malaysia kala itu bisa ditularkan kepada pemain lainnya, seperti Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso. “Sony dan Simon telah memperkuat tim Thomas sejak tahun 2004 tetapi belum pernah merasakan juara,” katanya.
Motivasi itu menjadi modal bagi tim Thomas untuk berjuang. “Semangat itu yang akan membedakan kita dengan negara lain,” kata Agus. Walaupun Cina masih menjadi unggulan pertama karena tahun-tahun terakhir menjadi juara, Agus menilai peluang Indonesia masih terbuka lebar.
“Pengin banget merasakan jadi juara Thomas,” kata Simon yang menjadi tunggal ketiga setelah Sony. Peraih emas di SEA Games Laos 2009 kemarin bertekat akan memberikan poin setiap pertandingan.
Hayom yang menjadi tunggal putra keempat, sangat berharap bisa menjadi bagian dari tim yang berhasil memboyong Piala Thomas untuk menghapuskan kerinduan bangsa Indonesia setelah lama Piala Thomas tidak mampir ke Indonesia sejak tahun 2002. “Semoga Piala bisa dibawa pulang,” kata pemain yang baru pertama kali memperkuat tim Thomas.
RINA WIDIASTUTI