“Anak-anak sudah bermain maksimal, mereka sudah menunjukkan teknik dan kemampuannya. Namun kita juga harus realistis mengakui, China masih lebih unggul dari kita,” kata Djendjen. Turun sebagai pemain pertama, pemain muda Maria Febe dipaksa mengakui keunggulan pemain peringkat pertama dunia Wang Yihan, 21-7, 21-12 dalam waktu 37 menit.
Pasangan Greysia Polii/Meiliana Jauhari yang turun di permainan kedua, juga belum bisa mengimbangi ganda nomer satu dunia Jin Ma/Xioli Wang juga dengan dua set langsung, 21-17, 21-13. Sementara Adriyanti Firdasari yang turun di partai ketiga dipaksa menyerah 21-17, 21-15 oleh petenis rangking dua dunia, Xin Wang.
Menanggapi kekalahan pemainnya, Djendjen mengatakan akan melakukan evaluasi kembali. Namun, satu hal yang sangat ia akui adalah kurangnya kualitas bibit muda di tanah air. “Khususnya di putri, kita sangat kesulitan mencari bibit muda berkualitas,” akunya. Padahal, kata Djendjen, PBSI telah mencari bibit muda yang berkualitas tersebut sampai ke daerah. “PBSI mengirim Pung Permadi dan Wijanarko sebagai pencari bakat.”
Bukan hanya di pertandingan-pertandingan antar klub, pencari bakat tersebut juga datang pada pertandingan di daerah. Hal yang bisa diharapkan sekarang, menurut Djendjen, selain dari pencarian bakat-bakat muda di daerah adalah dengan adanya percepatan prestasi dari para pemain Pratama.
Selain itu, pemain-pemain muda yang ada sekarang, pastinya akan lebih diasah lagi oleh PBSI. “Pemain muda seperti Febe, pastinya akan kita poles lagi untuk meningkatkan prestasinya,” kata Djendjen
MASRUR (Kuala Lumpur)