TEMPO Interaktif, Pamekasan - Mohammad Subhan Hadi akhirnya terpilih mewakili Indonesia ke Olimpiade Penyandang Cacat di Athena 2011 mendatang, setelah berhasil meraih medali emas dan perunggu pada Pekan Olahraga Nasional yang digelar GOR Ragunan Jakarta 24-30 Juni lalu.
Meski berprestasi, langkah siswa SLTP Luar Biasa PGRI Pamekasan menuju Athena tidak mulus. Saat ini dia kesulitan mendapatkan dana untuk latihan. Berbagai proposal bantuan yang diajukan pihak sekolahnya ke pemerintah daerah setempat ditolak.
"Saya dan pihak sekolah sudah ajukan proposal. Tapi kami dipingpong. Disuruh ke dinas ini dan itu," kata Achmat Sosiawan, ayah Subhan Hadi, Jumat (16/7).
Jangankan bantuan, Sosiawan menuturkan sejak putranya pulang dari Jakarta usai mengharumkan nama Kabupaten Pamekasan karena meraih emas Pornas, hingga saat ini tidak ada penghargaan apa pun yang diberikan dari Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Subhan Hadi yang menderita tuna grahita ini berhasil meraih emas di lomba lari 100 meter dan perunggu di nomor 150 meter.
Dinas Pemuda, Olahraga dan Budaya Pamekasan yang harusnya mengurusi dunia olahraga justru tidak dapat memberikan bantuan kepada Subhan Hadi. "Soal bantuan dan penghargaan bukan wewenang kami," Kepala Instansi tersebut Mohammad Yusuf Suhartono.
Sebaliknya, dia malah menyarakan Subhan Hadi mengajukan bantuan ke Dinas Pendidikan dan bagian kesejahateraan rakyat untuk mendapatkan penghargaan atas prestasinya.
Aksi lempar handuk juga dilakukan KONI Pamekasan. Ketua lembaga itu Mohammad Yasir secara singkat menuturkan tidak dapat melakukan jemput bola membantu Subhan Hadi. Bantuan dan penghargaan, kata dia, harus diusulkan oleh pengelola cabang olahraga yang ditekuni Subhan Hadi untuk kemudian diusulkan ke KONI.
"Kami tidak bisa jemput bola begitu, ada tata caranya," tegasnya kepada wartawan.
Ketua Komisi Pendidikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pamekasan Mohammad Makmun menilai Pemerintah Kabupaten Pamekasan memang diskiriminatif dalam memberikan penghargaan terhadap siswa berprestasi.
MUSTHOFA BISRI