Pertandingan kedua pasangan Indonesia itu berlangsung ketat. Pada game pertama, terjadi angka kembar hingga enam kali, terakhir 20-20 hingga akhirnya dimenangkan Hendra A.G/Vita. Tertinggal 1-0, Liliyana/Tontowi bermain lebih agresif dan terus menekan sehingga perolehan angka unggul jauh dan tidak terkejar. Di game penentuan, Liliyana/Tontowi sempat unggul jauh 14-6, namun mereka terkejar.
“Setelah tertinggal jauh dan berhasil menyamakan angka di game ketiga, muncul semangat baru hingga akhirnya kami menang,” kata Hendra kepada Tempo melalui pesan singkatnya, Ahad (8/8).
Selama pertandingan, kata Hendra, angin yang bertiup di lapangan sangat besar. Sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan. “Di game kedua, kami menang angin jadi bola susah dikontrol,” kata pemain asal Jawa Barat ini.
Pelatih Hendra A.G/Vita, Chafid Yusuf, merasa puas dengan kemenangan ini. Chafid mengaku telah menyiapkan strategi baru mengatasi Liliyana/Tontowi. “Saya menyarankan bola ditarik ke belakang, karena Hendra A.G lebih kuat daripada Tontowi,” katanya. Apabila bermain di depan, lanjut dia, Liliyana terlalu kuat.
Selain faktor teknis, Chafid juga memberikan motivasi kepada Hendra A.G agar bisa bermain tanpa beban di final dan menganggap seperti pertandingan biasa. “Dia (Hendra) terkadang masih trauma kalah kalau bermain di semifinal dan final,” katanya.
Chafid berharap prestasi Hendra A.G/Vita ini bisa membuka mata pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Menurutnya, mereka lebih pantas maju ke Asian Games Guangzhou, November mendatang ketimbang Fran Kurniawan/Pia Zebadiah Bernadet. “Di semifinal mereka bisa mengalahkan Fran/Pia, masak yang kalah yang didaftarin,” kata Chafid. Namun, keputusan ada di tangan PBSI.
Usai kejuaraan ini, pasangan peringkat empat dunia itu akan berlaga di Kejuaraan Dunia di Paris, 23-29 Agustus mendatang. “Targetnya masuk semifinal dulu,” kata Chafid.
RINA WIDIASTUTI